Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah menjelaskan kekafiran orang yang meninggalkan shalat. Begitu juga yang telah diriwayatkan dari para Sahabat Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan para salafushalihin ra hingga salah seorang dari mereka berkata: “Aku tidak pernah mendengar salah seorang sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengomentari mengenai suatu amalan bahwa orang yang meninggalkannya itu kafir, kecuali shalat.”
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan shalat lima waktu atau sebagiannya saja. Karena jikalau dirimu melakukannya, maka berarti engkau akan celaka bersama mereka yang celaka dan mereka yang merugi di dunia dan akhirat. maka ketahuilah, bahwa itulah kerugian yang nyata.
Sebagaimana engkau diwajibkan untuk memelihara shalat dan haram atasmu untuk meninggalkannya, begitu juga engkau diwajibkan untuk mendidik anak isterimu dan orang-orang yang di bawah tanggunganmu untuk menegakkan shalat. Janganlah engkau mentolelir alasan bagi mereka untuk meninggalkannya.
Barangsiapa yang tidak mendengar dan tidak mentaatimu, maka berilah peringatan, hukuman dan marahilah ia melebihi kemarahanmu saat ia merusak hartamu. Jikalau engkau tidak melakukannya, maka berarti engkau tergolong orang-orang yang meremehkan agama dan hak-hak Allah swt.
Orang yang telah engkau marahi tetapi ia tidak mau menurut dan malah menentang, maka jauhilah ia dan usirlah ia darimu. Karena ia ibarat setan yang tidak membawa kebaikan maupun keberkahan yang haram untuk diajak bergaul dan wajib untuk diputus serta dimusuhi, karena ia termasuk orang-orang yang menentang Allah swt dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini, Allah swt berfirman:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوآدّون من حآدّ الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم ج
Artinya: “Engkau tidak akan mendapati sesuatu yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak mereka.” (Qs. al-Mujadalah ayat: 22).
Dalam ayat ini Allah swt menyangkal keimanan orang-orang yang mencintai kepada orang-orang yang menentang Allah swt dan Rasul-Nya meskipun mereka kerabat terdekat.
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1