Al-lmam Hujjatul islam al-Ghazali ra berkata: “Allah menjadikan perjalanan ibadah haji ibarat perjalanan menuju akhirat. Jadi sepatutnya pada setiap momen perjalanan ini engkau menghadirkan salah satu makna dari perkara akhirat yang menyamainya. Diantaranya adalah saat mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga dan teman-teman dalam perjalanan.
Bayangkanlah saat engkau mengucapkan selamat tinggal kepada mereka saat menghadapi kematian. Tatkala mempersiapkan bekal perjalanan ingatlah bahwa engkau akan mengambil bekal untuk akhiratmu. Ketika mengingat jauhnya perjalanan, atau kekhawatiran akan binatang buas dan perampok di tengah jalan. Ingatlah akan jauhnya perjalanan akhirat, fitnah Munkar dan Nakir dan siksa kubur.
Tatkala memakai pakaian ihram yang putih, ingatlah saat engkau memakai kafan. Ketika berlari ringan antara Bukit Shafa dan Marwah, ingatlah saat mondar-mandir antara dua ujung neraca amalan manakah yang lebih berat diantara keduanya. Ketika berwukuf di Padang ‘Arafah, ingatlah keadaan nanti akan berdiri di hari kiamat di Padang Mahsyar.”
inilah ringkasan penjelasan beliau kalau ingin lebih terperinci silahkan melihat di pembahasannya. Hal ini memang benar sebagaimana yang beliau ra jelaskan. Semoga Allah swt mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau ra dan memberinya balasan yang baik atas jasa beliau untuk umat Islam.
Apabila orang yang berhaji telah sampai di Tanah Haram, Makkah al-Musyarrafah’7 hendaknya hatinya penuh dengan pengagungan dan penghormatan kepada Allah swt dan berusaha sebisa mungkin untuk merendahkan diri, tunduk, khusyu’ dan menangis dihadapan Allah swt. Sebaiknya sifat-sifat ini menjadi pribadi luar dalamnya di setiap tempat suci yang ia kunjungi.
Hendaknya ia memperbanyak Thawaf di Ka’bah dan shalat disitu, karena telah disebutkan dalam sebuah hadits Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:
أن من طاف أسبوعا كان له كعدل رقبة
Artinya: “Barangsiapa yang berthawaf sebanyak tujuh kali, maka pahalanya seperti orang yang merdekakan budak karena Allah .
Dalam hadits lainnya, Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
أن الطائف بالبيت لا يرفع قدمه في طوافه, و لا يضعها إلا
محيت عنه سيئة أو كتبت له حسنة, أو رفعت له درجة
Artinya: “Orang yang berthawaf di Ka’bah tidaklah ia mengangkat langkah kakinya dalam thawaf dan meletakkannya kembali melainkan satu dosanya terhapus atau tertulis satu kebaikan baginya atau kedudukannya naik satu derajat”.
Sumber: Nasihat dan wasiat Imam Haddad Jilid 1