Karena Allah SWT mensifatkan sebagian musuh-Nya dalam al-Qur’an. Bahwaannya mereka selalu berdalih dengan takdir Allah SWT, lalu Allah SWT mengingkari dan mencela mereka atas alasan itu, serta ia tidak menerima alasan itu dari mereka, bahkan mendustakan mereka.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun.’ Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami.
Katakanlah ‘Adakah engkau mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat engkau mengemukakannya kepada Kami?’ Engkau tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta. Katakanlah: ‘Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat.” (Qs. al-An’aam ayat 149).
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
وقال الذين أشركوا لو شاء الله ما عبدنا من دونه من شيء نحن ولآ ءاباؤنا ولا حرمنا من دونه من شيء كذلك فعل الذين من قبلهم فهل على الرسل الا البلاغ المبين (35
Artinya: “Dan berkatalah orang-orang musyrik: “Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain-Nya, baik kami Maupun ayah-ayah kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)Nya.
Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka, maka tidak adan kewajiban atas para Rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang“(Qs. an-Nahl ayat: 35).
Janganlah engkau mengikuti orang-orang musyrik yang membuat dalih dan beralasan dihadapan Allah SWT Tuhan alam semesta. Sudah cukup bagimu mengenai takdir engkau mengimani yang baik dan buruknya.
Kemudian tuntutlah dirimu untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, selalu bertaubatlah atas
kekuranganmu dalam menjalankan hak-hak-Nya. mintalah pertolongan Allah SWT dan berserah dirilah kepada-Nya.
Dalam hal ini. Bginda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
إذا ذكر القدر فأمسكوا
Artinya: ‘Apabila disebutkan pembicaraan mengenai takdir, maka tahanlah.”
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam melarang kita untuk membahasnya terlalu dalam karena sangat berbahaya dan berdampak negatif. Dalam sebuah riwayat diceritakan, ada seorang lelaki berunya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra mengenai takdir? Kemudian beliau ra berkata:
‘Takdir ibarat lautan yang dalam, maka jangan engkau selami. Hal itu ibarat jalan yang gelap, maka janganlah engkau lalui. Dan hal itu merugikan rahasia Allah SWT yang tidak engkau ketahui, maka janganlah engkau membongkarnya.”
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad Jilid 1