Yang mengherankan adalah, engkau melihat orang bodoh yang tertipu tidak pernah lelah memburu materi duniawi siang dan malam. Mereka selalu menggelutinya, sangat perhatian dalam mengumpulkan dan tidak mau mengeluarkannya, selalu menikmatinya, dan ia membuat banyak alasan untuk membersihkan reputasinya, ternyata engkau mendapatinya tidak mengerti apapun tentang perkara agama.
Meski demikian ia tidak mau menuntut ilmu maupun duduk dengan orang alim untuk belajar darinya. Apabila ia ditanya mengenai hal ini ia membuat alasan untuk dirinya yang Membuatnya jatuh dari pandangan Allah SWT seperti tidak ada peluang, banyak kesibukan padahal Allah SWT telah membantu kemudahan baginya untuk menuntut ilmu dengan adanya para ulama dan dengan biaya yang murah dalam mempelajari kadar ilmu yang wajib saja.
Padahal urusan duniawinya jauh berbeda dengan hal in; Bahkan ia tidak bisa meraih sebuah materi kecuali dengan cara yang sulit dan banyak melelahkan. Akan tetapi tak ada lain penyebabnya kecuali hati yang telah mati dan urusan agama dianggapnya rendah.
Juga kurangnya mengingat masalah akhirat, hingga ia memandang kebutuhannya terhadap materi duniawi jauh lebih penting ketimbang kebutuhannya terhadap ilmu. la menganggapnya tidak penting, karena hal itu dianggap tidak bisa dilihat dan karena ia tidak membutuhkannya serta tidak mengerti manfaatnya, kecuali nanti setelah kematian. Ia telah melupakan kematian dan melupakan hal-hal yang terjadi selelahnya karena kebodohannya.
Orang yang memiliki sifat ini tergolong orang-orang yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
ولكن أكثر الناس لا يعلمون (6) يعلمون ظاهرا من الحيوة الدنيا وهم عن الأخرة هم غافلون(7)
Artinya: ‘Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka ng (kehidupan) akhirat adalah lalai“(Qs. ar-Ruum ayat: 6 – 7).
Al-Imam Hasan al-Basri ra berkata: “Apabila seseorang ngambil uang satu dirham dan diletakkan di kukunya saja ia bisa memberitahumu berapa nilai beratnya.” Yaitu orang ini sangat berpengalaman dalam urusan duniawi.
Lalu beliau berkata: “Andaikan kamu menanyainya tentang syarat-syarat bersuci dari shalat ia tidak mengetahuinya sama sekali.”
Jadi, kebodohan adalah pangkal segala keburukan dan bencana di dunia dan akhirat, andaikan orang yang bodoh dikepung oleh musuh-musuhnya untuk mencelakainya, bahayanya tidak sama seperti yang ia lakukan terhadap diri sendiri.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh seorang penyair: “Perbuatan buruk yang dilakukan musuh terhadap seorang yang bodoh Tidak seimbang seperti perbuatan buruk yang ia lakukan terhadap diri sendiri “
Penyair lain berkata: ‘Orang-orang bodoh telah mati meski ajal belum menjemput mereka. Tubuh mereka bagai kuburan sebelum mereka dikuburkan.’
Sumber : Nasihat dan Wasiat Imam Haddad Jilid 1