Pada riwayat lain disebutkan mereka pergi bersama seseorang lagi, dan kemudian sesampainya di Maroko mereka berpenampilan seperti dua orang yahudi. Disebutkan pula mereka bersama Muzayyin. Walaupun terdapat perbedaan riwayat, tetapi disepakati bahwa ia telah meracuni Idris. Seorang penyair Abbasiyyah merasa bangga dengan hal itu dan mengucapkan sebuah syair:
Apakah kau mengira wahai Idris, bahwa dirimu Terbebas dari makar khilafah dan terjaga dengan melarikan diri
Inilah sifat keluarga Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang berjalan dalam kebenaran dan berlaku adil dengannya. Sedangkan yang lain adalah sifat para penindas yang zalim. Kami telah mendengar riwayat dari Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan dari keluarga Muhammad sebaik-baik manusia, “Barang siapa menggangguku, maka ia telah menjadi kafir.” Kami telah mendengar pula riwayat dengan sanad (mata rantai perawi hadits) dari Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, “Tak ada satu pun dari seluruh makhluk yang lebih utama dari ahl bait-ku, kecuali aku.* Itulah yang dimaksud dengan al-Muthahharin (yang disucikan) dari segala kotoran, yaitu yang terutama dari seluruh manusia. Siapakah yang dapat menyamai manusia yang bermanfaat untuk sesama ini? Kami memohon kepada Allah taufik yang menyirami hati, maaf yang menghapus dosa-dosa, mata hati yang menjadikan kami mengetahui petunjuk, bukti-bukti nyata yang menjadikan kami dapat menolak mereka yang melawan kami, dan keyakinan yang mencegah kami mencari hal-hal yang tak akan abadi di sisi kami. Tidak ada daya dan upaya kecuali milik Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Selesailah apa yang diceritakan oleh al-lmam al-Manshurbillah Abdullah bin Hamzah ra.
Al-lmam al-Husain bin Muhammad menyebutkan di mukaddimah risalah al-lmam Idris, “Kami bermaksud memberikan penghargaan kepada anak beliau yang merupakan seorang ulama yang mulia. dan menjadi rujukan para ulama, serta termasuk ahl bait, Yusuf bin ‘Abid yang bernasabkan kepada al-lmam Idris dan bertanah air di kota Fas. Semoga melalui keberadaannya Allah memakmurkan panji-panji agama dan melalui ilmunya yang bermanfaat Allah menghidupkan sunnah datuknya, Sang pemimpin para rasul.”
Al-lmam al-Manshurbillah Abdullah bin Hamzah menyebutkan sebab-sebab pindahnya al-lmam Idris bin Abdullah ke kota Maroko. Sedangkan al-lmam Husain bin Muhammad tidak menyebutkan tanggal wafatnya al-lmam Idris di Maroko. Aku tak tahu apa yang terjadi di tahun wafat beliau dan di tempat mana beliau syahid. Tetapi aku ingin mendapatkan hal-hal yang tak disebutkan oleh Manshurbillah Abdullah bin Hamzah dalam kitab ad-Duwal al-Munqathfah wa al-‘Awariy al-Murtajiah. Disebutkan bahwa, di masa itu muncullah al-lmam al-Husain bin Ali bin al-Husain yang dipotong rata wajahnya saat dibunuh di kota Faj yang terletak tiga mil dari Makkah pada tahun 167 di sepuluh akhir bulan Dzul Qa’dah. Lalu diceritakan banyak hal di dalam kitab itu hingga disebutkan berita tentang al-lmam Idris seperti yang diceritakan oleh al-Manshurbillah Abdullah, yaitu al-lmam Idris bin Abdullah bin Hasan al-Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra. Raja Maroko, wafat pada tahun 177.
Kemudian disebutkan al-lmam Idris (al-Mutsanna) bin ldris wafat pada tahun 214. Kubur keduanya terdapat di Thalihah sebuah kota di Maroko6. Seluruh keturunan Idris bernasabkan kepada beliau, yaitu Idris al-Mutsanna. Penduduk Maroko di masa itu meletakkan mahkota di perut ibunya sebelum melahirkannya. Hal itu karena orang-orang yang berada di Kerajaannya mendapat isyarat dari ayah Idris saat ia merasa kematiannya telah dekat. Selesailah ringkasan kami dari kitab kitab ad-Duwal al-Munqathiah.
………………………………………………………………………………………………….
Kami juga sering menemukan dalam dari kitab-kitab tarikh seperti yang aku perhatikan di akhir kitab Jawabatuna al-Munifah ‘Ala Ma Tadhammanathu as-Sualat al-Anifah tentang apa yang diucapkan oleh sebagian orang, bahwa al-Hasan tidak memiliki keturunan kecuali seorang wanita. Sebab itulah aku menyebutkan mata rantai nasabku yang sampai ke al-Hasan as-Sibthu dan aku kutip penjelasan tentang hal itu dari kitab-kitab tarikh para ulama yang merupakan keturunan Nabi dan yang bukan; semoga Allah meridhai mereka semua. Lalu sekarang aku juga akan menyebutkan nasabku hingga kepada al-lmam Idris bin Abdullah bin al-Hasan al-Mutsanna.
Aku adalah Yusuf bin ‘Abid bin Muhammad bin Umar bin Ibrahim bin Umar bin Isa bin asy-Syaikh Abul Wakil Maimun. Ada pula yang berpendapat Mas’ud bin Musa bin Isa bin Azzawaz bin Abdul aziz bin Allal bin Jabir bin ‘lyad bin al-Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin al-lmam Idris al-Mutsanna bin al-lmam Idris al-Akbar bin Abdullah al-Mahadh (disebut pula dengan al-Kamil) bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sibth bin Ali bin Abu Thalib Krw. Semoga Allah memberikan manfaat kepada kita melaluinya dan melalui mereka yang disebut di atas, serta ayah-ayah kita dan sahabat mereka, juga yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kebangkitan.
Sumber: Perjumpaan Yusuf bin ‘Abid dengan syaikh Abu Bakar bin Salim