Beliau tidak men-talqin zikir kepadaku kecuali setelah lima belas hari. Setelah shalat maghrib dia men-talqin-ku dan berkata kepadaku, “Sekarang ini aku mendengar seruan dari yang Maha Benar tentang dirimu, bahwa aku hanyalah sahabatmu dan syaikhmu (guru pembimbing spiritual) bukanlah aku” Ucapan beliau yang menyatakan sahabatku adalah kerendahhatiannya. Pada saat itu aku malu untuk bertanya kepadanya siapakah syaikh itu dan di mana ia tinggal. Jika aku bertanya kepadanya, maka pasti ia akan menjawabnya. Namun aku memilih beradab kepadanya dan menunggu dia yang memberitahukan kepadaku. Lalu ia memerintahkan aku duduk di hadapannya dalam keadaan bersila saat talqm. Begitu pula beliau duduk dalam keadaan bersila dan meletakkan tangannya di pahaku, lalu berkata, “Ayahku Abu al-Hasan al-Bakriy men-talqin aku, seperti syaikhnya Abu Madyan an-Najarubiy dulu men talqin-nya dengan mata rantai talqin zikir, dari syaikh kepada syaikh hingga kepada Abu al-Hasan asy-Syadziliy, hingga kepada al-Hasan cucu nabi Saw dari junjungan kami Ali bin Abu Thalib ra. yang mendapatkannya dari Nabi Saw. Beliau Saw mengucapkan,’Laa ilaaha illallaah (tiada sesembahan selain Alah) Beliau memanjangkan bacaannya dan mengulanginya sebanyak tiga kali. Sedangkan aku dalam keadaan diam hingga beliau selesai. Barulah kemudian aku mengucapakan kalimat itu, juga sebanyak tiga kali. Lalu mereka yang hadir saat itu dari keluarga dan murid-muridnya mengucapkannya pula sebanyak tiga kali.
Setelah talqin itu, aku tinggal bersama beliau sekitar empat setengah bulan. Aku tak pernah berpisah dari majelis dan pandangan khususnya yang dermawan kepadaku. Kadang-kadang jika penuh orang-orang di majelisnya, mereka yang memiliki keahlian dalam menerima rahasia ilahi, dipanggil oleh asy-Syaikh dan ia berkata, “Duduklah kau di sekitar tuanku asy-Syarif Yusuf, sebab ia adalah tempat pandangan khusus’Bersama beliau aku mendapatkan munozalat dan keadaan-keadaan yang menakjubkan. Beliau bergaul denganku dengan pergaulan yang tak pernah dilakukan oleh satu syaikhpun yang pernah aku temui.
Buah dari talqin beliau menjadi jelas bagiku. Biasanya aku tak pernah berzikir la ilaaha illallaah. Suatu ketika aku mengingatkannya tentang menyendiri untuk disiplin atau latihan dalam spiritual. Maka beliau berkata kepadaku. “Sekarang aku akan mengajarkan kepadamu bagaimana meneguhkan penghadapan kepada Allah Tetapi berdiamlah kau di makam asy-Syaikh Abu Madyan an-Najjar. dan di tempatku ini terkubur guru ayahnya. Maka aku berdiam dan terus menerus mengucapkan zikir laa ilaahaillalaah hingga aku tertidur. Tiba-tiba datanglah kepadaku seseorang dan mencengkeram lututku dan menyeretku ke arahnya dengan kasar dari atas menuju ke bawah. Tiba-tiba aku berada di depan rumah asy-Syaikh al-Bakriy. Aku terbangun dan hendak bertanya kepadanya. Namun hari itu asy Syaikh tidak keluar. Maka aku pergi ke Masjid Jami’ al-Azhar untuk menghadiri pelajaran tauhid yang diajarkan oleh asy Syaikh Makhluf al Maghrabty. Aku menceritakan kejadianku kepadanya. Lalu ia bertanya, “Engkau adalah seorang syarif?” Aku berkata. “Ya. aku seorang syanf.” la berkata lagi. “Datang orang India yang tinggal di desa al-Mahlah, yaitu desa yang termasuk bagian dari Mesir la telah pergi ke Hadramaut untuk mengunjungi orang-orang saleh di sana dan kalangan
asyraf (keturunan Nabi Saw) atau selainnya. Di antara mereka ada seorang syarif yang bernama Abubakar bin Salim atau Salim bin Abubakar Beliau bertemu dengan orang India yang tinggal di al-Mahlah itu yang menanyakan sesuatu kepadanya.” Asy Syaikh Abubakar termasuk mereka yang didatangi oleh para wali dan Mesir, Syam serta Maroko dan mengambil manfaat darinya.
Kemudian asy-Syaikh Makhluf berkata, “Asy-Syaikh Abubakar menjawab semua pertanyaan orang India itu dan menyebutkan beberapa hal. Diantaranya ia berpesan, ‘Telah dijanjikan kepadaku datangnya seorang anak syanf yang belajar di kota Fas, la bingung dan telambat datang kepadaku Sedangkan anak itu dijanjikan datang kepadaku. Dan aku tidak akan mati kecuali ia datang’ Jika memang engkau seorang syarif, maka pergilah menujunya. Sebab dialah Syaikh pembimbingmu” Maka aku dan dia segera pergi ke rumah orang India yang berada di Mesir, namun kami tidak mendapatinya. Orang-orang di sana mengatakan bahwa ia ada di al-Mahlah.
Sumber: Perjumpaan Yusuf bin ‘Abid dengan syaikh Abu Bakar bin Salim