Kemudian aku berihram untuk umrah dari miqat dan masuk ke kota Makkah. Aku masuk ke Makkah di hari ke sepuluh dari bulan Ramadhan tahun sembilan puluh satu di abad kesepuluh. Ketika masuk bulan Syawal, aku pergi menuju ke kota Madinah seperti yang diperintahkan oleh asy-Syaikh Muhammad al-Bakriy. Di tengah jalan aku bertemu dengan para peziarah dari desa. Maka aku berziarah kepada Nabi Saw. bersama mereka. Aku tinggal di Madinah selama lima hari, dan bolak-balik berziarah Nabi saw dan kedua sahabatnya. Aku juga menziarahi Hamzah dan para sahabat yang syahid di Uhud. Juga perbukuran Baqi’ dan semua yang ada di tempat yang berkah dan agung itu. Semua itu kulakukan bersama mereka yang akan menunaikan haji.
Saat di Makkah aku selalu hadir di majelis asy-Syaikh Yahya al-Khattab dan selalu menyaksikan Ka’bah. Aku juga menghadiri pemakaman asy-Syaikh Muhammad yang merupakan sultan Makkah di masa itu. Orang-orang Maroko memiliki keyakinan kepadanya karena beliau adalah sultan yang adil. Namanyaadalah Muhammad bin Barakat Abunamay[1]. Beliau wafat setelah menunaikan ibadah haji di tahun itu. Sebelum selesai haji aku bertemu dengannya, dan dia hidup duduk di atas sebuah alas. Dari Mina aku menuju ke gunung Arafah bersama orang-orang Maroko. Ketika beliau melihatku menuju kepadanya, beliau bangkit karena menghormatiku. Lalu aku mengecup lututnya yang mulia dan meminta doa kepadanya, dan aku mengharap kepada Allah agar mengabulkan doanya untukku karena beliau adalah orang yang adil terhadap rakyat di kerajaannya.
Penyebab kematiannya adalah saat ia keluar menuju ke rombongannya, ia terjatuh dari tunggangannya. Kejadian itu menjadi sebab kematiannya. Jenazah beliau dibawa ke Makkah untuk dishalatkan, lalu dikuburkan di pemakaman para pendahulunya. Kemudian dibacakan doa baginya selama tiga hari di Masjid al-Haram, di hadapan Ka’bah. Aku hadir dalam pembacaan doa itu bersama asy-Syaikh al-Khattab dan para sahabatnya. Lalu mereka membuka Ka’bah dan masuk ke dalamnya. Aku termasuk mereka yang masuk ke dalam Ka’bah. Di tempat itu aku memohon kepada Allah agar menyampaikan segala keinginanku. Lalu aku keluar menuju ke Jeddah. Kemudian aku mengendarai kapal yang mengarah ke Yaman. Waktu itu di bulan Muharram tahun sembilan puluh dua di abad kesepuluh. Aku merapat ke pelabuhan Jazan (kota di Saudi) karena terjadi angin kencang di tengah lautan. Allah menyelamatkan kami dari tenggelam di lautan. Di sana aku pergi ke daerah Abu Arisy. Di daerah itu terdapat para guru besar dari keluarga al-Hikamiy, seperti asy-Syaikh Shadiq bin Ali dan asy-Syaikh Ahmad Shadiq, serta selain mereka. Aku tinggal di sana selama beberapa hari. Kemudian mereka mengutus seseorang kepadaku untuk mengantarkanku menziarahi asy-Syaikh Ahmad Qirath. Lalu aku kembali ke daerah Abu Arisy diantara para guru al-Hikamiy. Mereka menitipkan surat kepadaku untuk seorang faqir di Sha’dah. Lalu aku keluar bersama kafilah menuju ke al-Jauf yang terdapat para syarif a-Hamazat[2] dari keluarga Ghur dan keluarga Jaudah. Mereka menanyakan kepadaku tentang nasabku. Maka aku sampaikan kepada mereka bahwa aku adalah keturunan al-lmam Idris al-Akbar bin Abdullah al-Kamil. Dinamakan juga dengan al-Mahdh. Lalu aku menyampaikan banyak kabar kepada mereka, lebih banyak dari cerita mereka kepadaku. Lalu amir Zahir yang bernama Yasin bin Nashir dari daerah al-Jaudah memberikan bekal kepadaku.
1. Beliau Muhammad bin Barakat bin Abunamay pemimpin Makkah tahun 931 dan wafat pada tahun 992.
2. Keluaga para ulamadan pemimpin di Yaman
Sumber: Perjumpaan Yusuf bin ‘Abid dengan syaikh Abu Bakar bin Salim