Pejabat-pejabat Pemerintahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Para pejabat pemerintahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam tersebar di berbagai daerah, di antaranya: Badzan bin Saman, anak lelaki Bahram. Ia ditugasi menjadi pengurus pemerintahan di Yaman. Untuk mengurus pemerintahan di Shan’a’ (sebuah kawasan di Yaman), beliau mengangkat Khalid bin Sa‘id. Ziyad bin Lubaid al-Anshari diangkat sebagai kepala daerah Hadhramaut. Abu Musa al-Asy’ari menjadi kepala wilayah Zabid dan Adn. Mu’adz bin Jabal sebagai kepala daerah di al-Jund, daerah Yaman. Abu Sufyan bin Harb di Najran dan anak lelakinya, Yazid, di Taima’. ‘Itab bin Usaid di Makkah merangkap sebagai penyelenggara musim haji bagi kaum Muslim pada tahun 8 Hijriyyah. ‘Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai hakim di Yaman. ‘Amr bin al-‘Ash di Oman dan sekitarnya. Abu Bakar ash-Shiddiq ditugasi memimpin jamaah haji ke Makkah pada tahun 9 Hijriyyah. Namun kemudian Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mengutus ‘Ali bin Abi Thalib menggantikan Abu Bakar, khususnya untuk menyampaikan Surah al-Bara’ah (beberapa ayat awal Surah al-Bara’ah/ at-Taubah.)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam juga mengangkat banyak pejabat yang bertugas mengelola harta sedekah dan zakat.
Para Mu’adzdzin Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Jumlah mu’adzdzin beliau empat orang. Dua di Madinah, yaitu Bilal bin Rabah dan Abdullah bin Ummi Maktum al-Qurasyi, seorang tunanetra. Mu’adzdzin beliau di Masjid Quba’ ialah Sa‘ad al-Qarzh maula ‘Ammar. Mu’adzdzinbeliau di Makkah adalah Abu Mahdzurah Aus al-Jamhi al-Makki.
Penyair, Khatib, dan Pendendang[1] Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Penyair Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang gigih membela agama Islam adalah Ka‘ab bin Malik, Abdullah bin Rawahah dan Hassan bin Tsabit. Mereka adalah kaum Anshar.
Empat orang penyair yang memberikan andil besar dalam dakwah Islam, adalah mereka yang di kemudian hari menjadi para khulafa’ ar-rasyidun (Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Umar bin al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib—radhiyallahu‘anhum). Sayyid Mushthafa ash- Shiddiqi berhasil menghimpun syair-syair karya kakeknya, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu anhu dalam suatu koleksi (kumpulan catatan-catatan khusus).
Para sahabat lain yang terkenal sebagai para penyair adalah Ka’ab bin Zuhair, az-Zabarqan, ‘Abbas bin Mirdas, ‘Abbas bin Abdul Muththalib, paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan anak lelakinya, ‘Abdullah bin ‘Abbas.
Para khatib Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam antara lain, Tsabit bin Qais bin Syammas al-Anshari. Pada saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sedang dalam perjalanan jauh, para sahabat yang kerap mendendangkan lagu-lagu hiburan di hadapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam adalah ‘Abdullah bin Rawahah, ‘Amir bin al-Akwa’, Anjasyah (seorang budak hitam), dan al-Barra’ bin Malik—radhiyallahu’anhum.
[1] Orang yang menyanyikan lagu-lagu ringan sambil menuntun unta untuk menghibur penunggangnya dalam perjalanan jauh, sekaligus memberi semangat kepada unta yang ditungganginya. Nyanyian seperti itu di Jawa terkenal dengan “uro-uro” yang dilakukan oleh petani yang sedang membajak tanah dengan bantuan kerbau—Penerj.