Berbagai Peristiwa Penting di Zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Pada tahun pertama dari usia Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., Halimah as-Sa’diyyah datang ke Makkah dan menerima penyerahan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. dari bundanya, kemudian beliau dibawa ke pemukiman Bani Sa‘ad.
Pada tahun keduausia Rasulullah, lahirlah calon sahabat beliau, Abu Bakar bin Abi Quhafah radhiallahu anhu.
Saat berusia tiga tahun beliau mengalami pembedahan dada oleh Malaikat. Namun sebagian riwayat menuturkan bahwa peristiwa itu terjadi saat beliau berusia 4 atau 5 tahun.
Pada tahun kelima dari usia beliau, Halimah as-Sa‘diyyah mengembalikan beliau kepada ibundanya.
Pada tahun keenam, ibunya mengajak beliau menjenguk paman-paman beliau di Bani ‘Adi bin Najjar (paman beliau dari pihak ibu) di Madinah. Pada tahun itu juga ibunya wafat di Abwa’ dalam perjalanan pulang ke Makkah.
Pada tahun kedelapan, ‘Abdul Muththalib wafat. Demikian menurut sebagian besar riwayat. Kemudian pengasuhan beliau dialihkan kepada pamannya, Abu Thalib, sesuai dengan wasiat kakeknya.
Pada tahun kesembilan usianya, beliau diajak pamannya, Abu Thalib, untuk berniaga ke Syam.
Pada usia beliau yang ke-13, lahir ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu.
Pada usia beliau yang keempat belas terjadi Perang Fujjar antara Bani Kinanah dan Bani Qais. Beliau hadir dalam perang itu. Dinamai “Perang Fujjar” karena terjadi di bulan Haram.[1]
Pada tahun itu juga terjadi Hilful-Fudhul.[2] Dinamai demikian karena upacara sumpah yang diselenggarakan di Dar an-Nadwah (semacam Balai Pertemuan) itu dihadiri oleh para pemimpin Quraisy. Masing-masing dari pemimpin itu disebut al-fadhl. Mereka bersumpah dan bersepakat untuk mencegah perbuatan jahat orang zalim. Kesepakatan itu dicapai di rumah ‘Abdullah bin Jad’an. Mengenai peristiwa itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam pernah menyatakan: “Alangkah senang jika aku (dulu) ikut menghadiri upacara sumpah itu di rumah ‘Abdullah bin Jad’an. Sekiranya aku diundang, niscaya kusambut baik.” Saat berusia dua puluh lima tahun, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., disertai Maisarah, berangkat ke Syam untuk berniaga membawa barang-barang dagangan Khadijah. Itu terjadi dua bulan sebelum beliau menikah dengannya. Jadi masih di tahun itu juga beliau menikah dengan Khadijah.
Dalam usia yang ketiga puluh, ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu. lahir di Ka’bah. Dan pada tahun ke-43, lahir Mu‘awiyah bin Abi Sufyan dan Mu‘adz bin Jabal.
Pada tahun ke-35 usianya, keberkahan dan kejujurannya mulai terkenal luas. Di tahun itu lahir Fathimah az-Zahra’ radhiallahu anhu putri bungsu beliau. Di tahun itu juga orang-orang Quraisy memugar Kabah. Beliau melerai pertengkaran di antara mereka mengenai suku mana yang paling berhak meletakkan kembali Hajar Aswad di tempat semula. Beliau menetapkan suatu keputusan yang adil dan dapat diterima oleh orang-orang Quraisy. Beliau membentangkan sehelai rida’ (kain sorban) yang sedang beliau pakai dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya, lalu beliau meminta empat orang pemimpin Quraisy supaya mengangkatnya bersama-sama sampai di dekat posisi semula. Kemudian beliau mengambi sendiri Hajar Aswad lalu diletakkan di tempat semula.
Pada usia yang ke-38 teijadi gejala-gejala yang menandakan awal kenabian beliau. Beliau melihat sinar terang benderang dan mendengar suara tanpa diket’ahui dari mana dan dari! siapa suara itu berasal. Di tahun itu juga beliau mulai berkhalawat (menyendiri) di gua Hira.
Di usia yang ke-40 datanglah Malaikat Jibril menyampaikan Risalah dari Allah Yang Mahakuasa. Peristiwa yang menandai awal kenabian beliau itu teijadi pada hari Senin. Demikian menurut riwayat yang paling masyhur.
Di tahun pertama kenabian, Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah dan Abu Bakar memeluk Islam.
Di tahun kedua kenabian, beliau mulai berdakwah secara terbuka menyeru manusia untuk menyembah Allah, sehubungan dengan turunnya firman Allah:
فاصدع بما تؤمر وأعرض عن المشركين [ الحجر : 94
Maka sampaikanlah secara terang-terangan semua yang diperintah (Allah) kepadamu, dan berpalinglah dari orang-orang Musyrik. (QS 15: 94) .
Pada tahun kelima kenabian, lahir ‘A’isyah binti Abu Bakar radhiallahu anhu Pada tahun itu juga terjadi hijrah pertama sejumlah kaum Muslim ke negeri Habasyah (Ethiopia). Gelombang pertama yang berangkat hijrah secara diam-diam berjumlah 11 orang lelaki dan empat orang perempuan. Di antara mereka adalah ‘Utsman bin ‘Affan dan istrinya, Ruqayyah binti Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. dan Ummu Salamah radhiallahu anhu yang di kemudian hari menjadi istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Mereka semua dipimpin oleh ‘Utsman bin Mazh’un. Menyusul kemudian Ja’far bin Abi Thalib, lalu diikuti oleh sejumlah kaum Muslim yang lain, hingga jumlah semuanya 82 orang, tidak termasuk kaum perempuan dan anak-anak. Kedatangan mereka diterima baik oleh an-Najasyi (Raja Habasyah). Beberapa lama kemudian sebagian dari mereka pulang kembali ke Makkah dan sebagian yang lain tetap tinggal di Habasyah hingga saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam hijrah ke Madinah. Dari Habasyah mereka langsung berhijrah ke Madinah mengikuti jejak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Pada tahun itu Sumayyah, bunda ‘Ammar bin Yasir, meninggal dunia akibat penyiksaan kaum Musyrik Quraisy. Dialah wanita pertama yang mati syahid dalam sejarah Islam.
Di tahun keenam kenabian, Hamzah bin Abdul Muththalib memeluk Islam, dan tiga hari berikutnya ‘Umar bin al-Khathtab r.a. memeluk Islam.
Pada tahun ketujuh kenabian, kaum Musyrik Quraisy bersepakat memutus segala hubungan dengan orang-orang Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib. Mereka memboikot hubungan sosial lainnya, seperti transaksi jual-beli, hubungan perkawinan, dan lain-lain. Mereka membuat deklarasi tertulis lalu digantungkan di dinding Ka‘bah. Akibat pemboikotan itu orang-orang Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib menyingkir ke daerah Syi‘ib,[3] terkenal dengan nama Syi‘ib Abu Thalib. Selama masa pemboikotan itu kaum Muslim menderita kesengsaraan dan kelaparan yang nyaris tak tertahankan. Mereka hidup di dalam.pengepungan kaum Musyrik kurang-lebih selama tiga tahun. Kemudian muncul lima orang tokoh Quraisy yang bangkit dan bertekad untuk merusak deklarasi dan merobeknya.
Pada tahun itu terjadi perang Bu’ats antara sesama penduduk Madinah, yaitu antara kabilah Aus dan dan kabilah Khazraj. Bu’ats adalah nama sebuah benteng milik kabilah Aus.
Pada tahun kedelapan kenabian, turunlah Surah ari- Rum, berkaitan dengan terjadinya perang besar antara Per- sia dan Romawi. Menghadapi peperangan itu kaum Musyrik mengharap kemenangan Persia, antara lain karena mereka dan orang-orang Fersia pada umumnya adalah buta huruf. Juga karena orang-orang Persia adalah kaum Majusi. Sedangkan kaum Muslim mengharap kemenangan berada di pihak Romawi karena mereka adalah Ahli Kitab. Pada pertempuran pertama, Romawi menderita kekalahan. Kemudian turun ayat-ayat dalam Surah ar-Rum menjelaskan hal itu dan memberitahu kaum Muslim bahwa pada akhirnya orang-orang Romawi akan memenangkan peperangan.
Pada tahun kesembilan kenabian, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersama semua keluarganya bebas dari pengepungan dan pemboikotan, karena deklarasi yang tergantung di dinding Ka‘bah sudah koyak (konon dimakan rayap).
Pada tahun itu terjadi mukjizat terbelahnya bulan menjadi dua. Ini adalah mukjizat samawi. Tidak pernah para nabi dan rasul sebelum Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang mendapat mukjizat seperti itu.
Dalam tahun kesepuluh kenabian, Abu Thalib, paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., wafat. Peristiwa itu membuat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sangat sedih. Tiga hari kemudian menyusul Khadijah radhiallahu anha., istri beliau wafat. Kesedihan beliau berlipat ganda. Karena itu beliau menamai tahun itu sebagai tahun dukacita (Am al-Huzn).
Pada tahun itu juga Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menikah dengan Saudah binti Zam‘ah radhiallahu anha. (seorang wanita yang lebih tua).Beberapa lama kemudian beliau menikah dengan ‘A’isyah binti Abu Bakar radhiallahu anhu.
Di tahun itu juga Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam berangkat ke Tha’if untuk berdakwah. Selama satu bulan disana beliau mengalami gangguan yang luar biasa. Beliau diejek, dicerca, dan dicemooh dengan cara-cara yang sangat buruk.
Pada tahun kesebelas kenabian, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mulai menampakkan diri di hadapan orang banyak. Beliau mendatangi pertemuan-pertemuan mereka pada musim-musim upacara tertentu di Mina, Arafah, dan tempat-tempat perniagaan (pasar-pasar) yang terkenal ramai.
Pada tahun itu juga datang menghadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sembilan jin dari Nashibah (sebuah kota di negeri Syam). Mereka menyatakan beriman kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Peristiwa itu diceritakan dalam Alquran:
وإذ صرفنا إليك نفرا من الجنّ يستمعون القرآن…. [الأحقاف : 29
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu sekelompok jin yang mendengarkan Alquran,… (QS 46:29).
Pada tahun kedua belas kenabian teijadi peristiwa Isra’ Mi’raj, dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, kemudian ke tujuh lapis langit menuju suatu tempat yang hanya diketahui Allah. Kepastian peristiwa malam itu ditegaskan oleh para sahabat Nabi dan para ulama. Mereka juga meyakini kebenarannya. Dan pada saat Mi‘raj Allah menetapkan kewajiban shalat fardhu lima kali sehari semalam atas Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan umatnya. Di tahun itu juga terjadi baiat ‘Aqabah (Baiah al-Aqabah) yang kedua. Pada peristiwa itu, telah menghadap kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam 12 orang dari kaum Anshar.
Pada tahun ketiga belas kenabian, terjadilah baiat Aqa- bah yang ketiga. Dalam baiat yang ketiga ini Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bertemu dengan 73 orang lelaki dan dua perempuan dari kabilah-kabilah Aus dan Khazraj. Usai pembaiatan, Rasulullah saw. mengangkat dua belas orang dari mereka masing- masing sebagai naqib (kepala kelompok). Pada tahun ke-13 ini pula Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam berangkat hijrah ke Madinah al-Munawwarah.
[1] “Fujjar” atau “fijar” berasal dari kata “Fujur” dan berarti “jahat.” Bulan Haram, bulan yang di dalamnya pantang dilakukan kekerasan bersenjata.
[2] Hilf berarti sumpah. Fudhul adalah jamak dari fadhl.
[3] Daerah lereng gunung, tempat yang biasanya dilintasi air bah.