Tahun Kedua Hijriyyah
- Pada tahun ini, kiblat kaum Muslim berubah arah, yang semula mengarah ke Bait al-Maqaddas menjadi ke Bait al-Haram (Rumah Suci Ka‘bah). Itu terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban. Di tahun itu juga diwajibkan puasa Ramadhan, ditetapkan kewajiban zakat fitrah, zakat mal (harta) dan disyariatkannya ‘Idul Fitri.
- Terjadi beberapa ghazwah di tahun ini, di antaranya, Ghazwah Wadan di bulan Shafar, Ghazwah al-Abwa’, lalu Ghazwah Buwath di bulan Rabi’ al-Akhir, Ghazwah al-‘Usyairah di bulan Jumada al-Ula, Ghazwah Sufwan, disebut juga Ghazwah Badr pertama, di bulan Jumada al-Akhirah, dan Ghazwah Juhainah pada pertengahan bulan Sya’ban.
- Pada tahun irii pula turun perintah puasa Ramadhan. Perintah itu turun pada bulan Sya’ban, begitu pula perintah zakat fitrah.
- Pada tanggal 17 bulan Ramadhan tahun kedua Hijriyyah ini, bertepatan dengan hari Jumat, terjadi Perang Badr Kubra (Badr Besar). Peperangan ini adalah peperangan penting yang menentukan nasib masa depan umat Islam. Bahkan hari depan umat manusia banyak bergantung kepadanya. Semua peristiwa yang terjadi, seperti futuhat (penaklukan kaum Musyrik) dan kemenangan-kemenangan dalam peperangan, bahkan berdirinya negara-negara dan pemerintahan-pemerintahan, benar-benar berutang kepada kemenangan gilang-gemilang yang diraih oleh kaum Muslim di Perang Badr. Karena itulah Allah menamai Perang Badr dengan sebutan Yaum al-Furqan (hari yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan). Allah berfirman:
… إن كنتم امنتم بالله ومآ أنزلنا على عبدنا يوم الفرقان يوم التقى الجمعن والله على كل شيءٍ قديرٌ [ الأنفال : 41
.. .Jika kalian beriman kepacla Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (yakni: ayat-ayat Al- quran, Malaikat dan pertolongan Allah yang diturunkan kepada Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.) pada hari Furqan, yaitu hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS 8: 41)
Riwayat yang menceritakan Perang Badr menyatakan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb sedang dalam peijalanan pulang dari negeri Syam dengan jumlah kafilah sangat besar yang membawa barang-barang dagangan dan harta kekayaan Quraisy lainnya. Pada waktu itu suasana perang masih berlaku antara kaum Muslim dan kaum Musyrik Quraisy. Orang-orang Quraisy tidak henti-hentinya memusuhi dan memerangi Islam, membendung semua jalan menuju kebenaran Allah dan merekayasa berbagai hambatan untuk mempersulit kaum Muslim. Mereka mengorbankan harta kekayaan, tenaga, dan pikiran serta berbagai macam senjata untuk memerangi Islam dan kaum Muslim dengan tujuan melemahkan kekuatan mereka. Kelompok bersenjata mereka sudah sampai di batas kota Madinah dan nyaris menguasai padang-padang penggembalaan.
Ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mendengar bahwa Abu Sufyan bin Harb (tokoh Musyrik yang paling keras memusuhi Islam) sedang dalam peijalanan ke Makkah dari Syam dengan membawa pasukan, beliau mengerahkan sejumlah kaum Muslim untuk menghadangnya di tengah perjalanan. Pengerahan itu bukan sekadar untuk berkumpul beramai-ramai, sebab yang mereka hadapi adalah kafilah besar, bukan orang yang sedikit.
Ketika Abu Sufyan mendengar kabar tentang apa yang hendak dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepadanya, ia mengirim utusan ke Makkah secara diam-diam minta bantuan kaum Musyrik Quraisy untuk melindungi dan menyelamatkan diri dan kafilahnya dari serangan kaum Muslim. Permintaan bantuan dari Abu Sufyan itu membangkitkan semangat penduduk Makkah. Dengan berbagai cara mereka menyambut seruan Abu Sufyan. Mereka segera bergerak. Tak ada satu pun dari tokoh Musyrik Quraisy yang ketinggalan, kecuali beberapa gelintir orang. Mereka berangkat untuk menolong kafilah Abu Sufyan sambil mengerahkan suku-suku Arab lainnya. Mereka tiba di Badr dengan semangat menyala-nyaladan perasaan geram.
Untuk menghadapi mereka, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam segera keluar dari Madinah memimpin pasukan bersenjata berkekuatan 313 orang. Mereka tidak mempunyai kuda tunggangan selain dua ekor dan 70 ekor unta. Masing-masing unta ditunggangi secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Tak ada bedahya antara prajurit dan komandan, antara pengikut dari yang diikuti. Di samping Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sendiri,’ dalam pasukan itu ada Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Umar bin al-Khaththab dan para sahabat terkemuka lainnya.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menyerahkan panji peperangan (liwa’) kepada Mush’ab bin ‘Umair. Bendera perang kaum Muhajirin beliau serahkan kepada ‘Ali binAbi Thalib dan bendera peperangan kaum Anshar beliau serahkan kepada Sa‘ad bin Mu‘adz.
Ketika Abu Sufyan bin Harb mendengar perihal kesiagaan kaum Muslim meghadapi peperangan, secara diam-diam ia menempuh jalan lain, menelusuri jalan pantai. Setelahyakin bahwa dia dan kafilahnya selamat, ia menulis surat kepada kaum Quraisy yang telah siap berperang, agar mereka pulang saja. Karena, menurutnya,’mereka keluar dari Makkah adalah untuk menyelamatkan kafilah mereka. Sebenarnya mereka sudah berniat untuk pulang, tetapi Abu Jahal memaksa untuk terus berperang. Pada waktu itu jumlah kaum Musyrik Quraisy yang sudah siap berperang 1000 orang lebih, termasuk gembong-gembong dan tokoh-tokohnya, pasukan berkuda dan pendekar-pendekarnya. Melihat hal itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam berkata kepada para sahabatnya, “lihatlah,, Makkah telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghadapi kalian.”
Malam harinya Allah menurunkan hujan lebat hingga menyulitkan kaum Musyrik untuk maju. Sedangkan bagi kaum Muslim hujan itu menjadi rahmat. Mereka berada di posisi yang menguntungkan, karena berada di tempat yang bertanah keras dan berpasir hingga semangat dan hati mereka bertambah kuat dan mantap. Peristiwa itu digambarkan dalam Alquran:
وينزّل عليكم مّن السمآء مآءً لّيطهركم به ويذهب عنكم رجز الشّيطان وليربط على قلو بكم ويثبّت به الأقدام [ الأنفال : 11
…Dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk menyucikan kalian, dengan hujan itu Allah menghilangkan dari kalian gangguan setan, dan untuk menguatkan hati serta memperteguh pijakan kaki kalian. (QS 8: 11)
Agar Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dapat mengawasi jalannya peperangan, khusus bagi beliau dibuatkan gardu di dataran tinggi. Dari tempat itu beliau dapat memberi petunjuk dan isyarat: di sana si fulan harus mengambil posisi, di sana si B harus mengambil posisi, dan di sana si C harus mengambil posisi dan seterusnya. Tidak seorang pun dari pasukan Muslim yang melanggar petunjuk dan isyarat-isyarat yang beliau berikan.
Setiba kaum Musyrik di medan perang dan dua pasukan saling berhadapan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallamberdoa: “Ya Allah, orang-orang Quraisy datang dengan congkak dan sombong untuk memerangi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu.
Dua pasukan bersenjata masing-masing telah siap siaga dalam barisan. Setelah meluruskan barisan pasukan Muslim, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kembali lagi ke gardu pengawas. Di dalam gardu, beliau disertai Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu anhu. ber- tadharru mohon kepada Allah dan berdoa: “Ya Allah, wujudkanlah yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah… pertolongan-Mu, ya Allah.” Beliau mengangkat tangannya ke atas dan menengadah ke langit hingga rida’ yang dipakainya terjatuh dari pundak. Abu Bakar radhiallahu anhu menghibur beliau karena kasihan melihat beliau yang terus menerus memanjatkan permohonan kepada Allah.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallamkemudian keluar dari gardu pengawas, menghampiri pasukannya dan membangkitkan semangat mereka yang bersiap terjun ke medan tempur. Pasukan Muslim berkerumun di sekitar Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., saling berdekatan. Ketika beliau melihat pasukan Musyrik mulai bergerak, beliau berseru kepada pasukan Muslim, “Ayo! Maju menuju surga yang seluas langit dan bumi!” Pasukan Muslim masih tetap pada barisan masing-masing. Dengan ketabahan hati dan kesabaran, mereka berzikir dan berdoa. Pertempuran mulai berkecamuk. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dengan gigih dan tangguh berperang. Bahkan beliau termasuk orang yang paling dekat dengan musuh. Pada saat itu Allah menurunkan malaikat membawa rahmat dan menebarkan kemenangan dalam pertempuran melawan kaum Musyrik. Allah berfirman di dalam Alquran:
إذ يوحي ربك إلى الملئكة انّي معكم فثبتوا الذين امنوا سَاُلْقِيْ في قلوب الذين كفروا الرُّعْبَ فاضربوا فوق الأعناقواضربوا منهم كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah hati orang-orang beriman. Akan kutanamkan rasa takut di dalam hati orang-orang kafir, maka pancunglah kepala mereka dan pangkaslah (tangan-tangan) mereka...” (QS 8:12).
Dalam pertempuran itu para pemuda Muslim berlomba-lomba meraih keberuntungan mati syahid dan kebahagiaan akhirat.
Perang berakhir dengan kemenangan di pihak kaum Muslim. Dari pihak kaum Musyrik terbunuh 70 orang, di antaranya gembong-gembong mereka Seperti Abu Jahal, ‘Utbah bin Rabi‘ah bersama saudaranya yang bernama Syaibah serta anaknya yang bernama al-Walid, dan 70 orang dari pasukan Musyrik tertawan.
Dari pihak kaum Muslim yang berasal dari Quraisy gugur 6 orang, yaitu: ‘Ubaidah bin al-Harits, ‘Umair bin Abi Waqqash, DzuSy-Syimalain, ‘Aqil bin al-Bukair, Mahja‘ (maula ‘Umar bin al-Khaththab), dan Shafwan bin Baidha’. Dan 8 orang dari kaum Anshar, yaitu: Sa’ad bin Khaitsamah, Mubasysyir bin ‘Abdul Mundzir, Yazid bin al-Harits, Umair bin al-Hamam, Rafi’ bin Ma‘la, Haritshah bin Suraqah, Auf dan Mu’awwadz (dua-duanya anak lelaki al-Harits) dari istrinya yang bernama ‘Afra’..
- Pada tahun ini ‘Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fathimah az-Zahra’ binti Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
- Selain Ghazwah Badr, di tahun kedua hijriyyah juga terjadi sariyyah (perang yang tidak disertai oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam) melawan kaum Musyrik di Nikhlah, dipimpin oleh ‘Abdullah bin Jahsy, juga teijadi Ghazwah Qarqarah al-Kadr, sariyyah di bawah pimpinan Salim bin ‘Umair radhiallahu anha Ghazwah Bani Qainuqa‘ dan Ghazwah as-Sawiq.
- Pada tahun ini juga ‘Utsman bin Mazh’un radhiallahu anhu. wafat. Ia adalah orang pertama dari kaum Muhajirin yang wafat di Madinah al-Munawwarah, sepulang dari perang Badr. Jenazahnya adalah yang pertama dikubur di pekuburan Baqi‘ al-Ghirqid. Ketika menjelang wafat, ia sempat dicium Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallammata kedua orang itu basah digenangi air mata. Ia dikubur berdampingan dengan kuburan putra Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., Ibrahim. Beliau ketika itu berkata, “Kebenaran ada pada orang yang mendahului kami, ‘Utsman bin Mazh’un.”
- Wafat pula di tahun ini, Ruqayyah binti Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
- Rasululah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mulai berkumpul dengan ‘A’isyah radhiallahu anha sebagai pasangan suami istri pada bulan Syawal tahun itu.
- Di bulan Syawal itu, lahir ‘Abdullah bin az-Zubair dan Numan bin Basyir—radhiyallahu ‘anhuma. Yang disebut pertama adalah anak yang pertama dilahirkan oleh seorang Muhajirin, dan yang yang kedua adalah anak pertama yang dilahirkan dari kaum Anshar.