Tahun Ketiga Hijriyyah
- Pada bulan Ramadhan tahun ketiga hijriyyah ini, lahir cucu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam., Al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu.
- Di bulan dan tahun itu juga Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menikah dengan Hafshah binti ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu kemudian menikah pula dengan Zainab binti Khuzaimah al- ‘Amiriyyah yang terkenal dengan julukan Ummul-Masakin. Dan ia wafat setelah tiga bulan menjadi istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Di bulan ini juga ‘Utsman bin Affan radhiallahu anhu menikah dengan Ummu Kaltsum binti Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
- Pada tahun ini, turun firman Allah yang mangharamkan minuman keras.
- Pada tahun ketiga hijriyyah ini terjadi Perang Uhud (Ghazwah Uhud), tepatnya terjadi mulai hari Sabtu pertengahan bulan Syawal. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menyiapkan para sahabatnya sebagai pasukan bersenjata untuk menghadapi peperangan menangkal serangan kaum Musyrik. Beliau memerintahkan regu pemanah supaya tetap pada posisi mereka diatas bukit. Kepada mereka beliau berpesan, “Janganlah kalian meninggalkan posisi kalian.” Saat masih berlangsung peperangan, mereka menduga bahwa peperangan telah berakhir dengan kemenangan di pihak kaum Muslim. Kekeliruan mereka itu dimanfaatkan oleh kaum Musyrik. Mereka melakukan serangan ketika mengetahui bahwa bukit pertahanan bagian belakang pasukan Muslim ditinggal regu pemanah. Melihat kenyataan itu Khalid bin Walid (yang waktu itu masih berada di pihak kaum Musyrik) berteriak memberi aba-aba dari atas kudanya agar pasukannya menyergap sisa-sisa regu pemanah kaum Muslim yang masih bertahan di atas bukit. Semuanya berhasil dibunuh oleh pasukan Musyrik. Kemudian mereka melancarkan serangan gencar dan besar-besaran dari belakang hingga barisan pasukan kaum Muslim menjadi berantakan. Setelah pada mulanya terpukul mundur, sekarang pasukan Musyrik maju menegang hingga berhasil menerobos tempat pertahanan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Mereka melempari beliau dengan batu. Bagian wajah beliau terkena lemparan batu hingga geraham beliau patah; pipi dan bibir bawah beliau terluka. Tersebarlah desas-desus bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam gugur di medan pertempuran. Beliau tetap bertahan bersama sejumlah kaum Muslim. Setelah pasukan Muslim tahu bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam masih hidup, berhimpunlah mereka disekitar beliau dan pertempuran terus berlangsung hingga pasukan Musyrik dapat dipukul mundur dan dikalahkan. Dalam Perang Uhud ini 70 orang pasukan Muslimin gugur sebagai pahlawan syahid, termasuk Hamzah bin ‘Abdul Muththalib, paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
- Di tahun, ini terjadi pula Ghazwah Hamra’ al-Asad, yang dipicu oleh berita yang sampai kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bahwa Abu Sutyan bin Harb bersama sejumlah pengikutnya dari kaum Musyrik Quraisy hendak kembali melancarkan serangan untuk menumpas habis sahabat Nabi yang masih tinggal. Atas dasar itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam keluar memimpin pasukan untuk menghadapi musuh. Hamra’ al-Asad adalah nama tempat, 8 mil jauhnya dari Madinah, di sebelah kiri jalan menuju Dzul-Halifah. Di sana Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersama pasukan tinggal selama tiga hari (Hari Senin, Selasa, dan Rabu), kemudian pulang ke Madinah. Peperangan tidak terjadi karena pasukan musuh yang dinantikan tak kunjung tiba.
- Juga terjadi di tahun ini, Ghazwah Badr ketiga, disebut juga “Badr as-Shughra” (Badr Kecil). Penyebabnya adalah: ketika Abu Sufyan bin Harb bersama pasukan Musyrik meninggalkan gelanggang Perang Uhud, ia mengumbar ancaman akan memerangi lagi pada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan kaum Muslim di Badr. Waktu itu Badr merupakan salah satu tempat niaga (pasar) sejak zaman jahiliyyah. Sesuai dengan ancaman yang dijanjikannya, Abu Sufyan bersama sejumlah kaum Musyrik keluar dari Makkah untuk berperang. Tetapi setibanya di ‘Asafan ia pulang kembali ke Makkah. Sedangkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersama sejumlah pasukan Muslim sudah terlanjur keluar dari Madinah dan sudah tiba di Badr yang ramai oleh orang yang sedang berdagang. Pada akhirnya, pasukan Muslim mengubah kegiatan dan turut berniaga. Mereka berhasil meraih keuntungan yang cukup besar. Barang-barang yang mereka beli dengan harga satu dirham, misalnya, dapat mereka jual dengan harga dua dirham. Setelah beberapa hari di Badr, mereka kembali ke Madinah dengan selamat. Berkaitan dengan kejadian itu Allah berfirman dalam Alquran:
فانقلبوا بنعمة من الله وفضل لم يمسسهم سوءٌ واتبعوا رضوان الله والله ذو فضل عظيمٍ
… Kemudian mereka kembali (ke Madinah) dengan membawa nikmat dan karunia besar dari Allah. Mereka tidak mengalami bencana apapun, dan mereka mendapat keridhaan Allah. Dan (sesungguhnya) Allah mempunyai karunia sangat besar. (QS 3:174)