Soal : Apa hukum merayakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam?
Jawab : Merayakan atau memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam yang diisi dengan acara menceritakan kembali kisah-kisah yang berhubungan dengan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam mulai detik-detik kelahirannya, tanda-tanda dan mu’jizat-mu’jizatnya di hadapan orang banyak dalam suatu pertemuan itu merupakan salah satu perbuatan bid’ah yang baik {bidah hasanah) yang pelaku-pelakunya mendapatkan pahala, karena memuliakan Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam melahirkan rasa senang dengan dilahirkannya, dan menghidangkan jamuan makan dan beraneka sedekah dalam acara tersebut semuanya merupakan bagian dari perbuatan terpuji. Kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam adalah anugerah besar untuk umat manusia ini dari Allah Swt. sebab itu, layak kita bersenang.
Soal : Apakah ada dasar hadits untuk peringatan maulid (hari kelahiran) Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam?
Jawab : Ya, ada. Imam Ahmad Bin Hajar al-Asqalani menerapkan dasar peringatan maulid dari hadits shahih:
إن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا هو يوم اغرق الله فرعون ونجى موسى نحن نصومه شكرا لله تعالى فقال النبي صلى الله عليه وسلم نحن اولى بموسى منكم فأمر بصومه
“Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam datang ke kota Madinah dan mejumpai orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura’ (10 Muharram) dan beliau bertanya kepada mereka. Mereka pun menjawab: “Hari ini Allah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa. Oleh sebab itu, kami berpuasa karena syukur kepada Allah,” Beliau bersabda: “Kami lebih berhak (memuliakan) Nabi Musa daripada kamu semua.” Lalu beliau menganjurkan berpuasa hari ini.”
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata: “Dari hadits di atas diambil pengertian, boleh berbuat sesuatu sebagai tanda syukur kepada Allah atas anugerah-Nya berupa nikmat, atau terhindar dari bahaya pada hari tertentu. Syukur kepada Allah itu dapat dimanivestasikan dengan berbagai bentuk ibadah, seperti shalat, puasa dan sedekah. Nikmat apakah gerangan yang lebih besar daripada nikmat lahirnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam Nabi pembawa nikmat ini?
Dari keterangan diatas dapat diketahui, bahwa setiap pertemuan untuk mengkisahkan kembali kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam, mu’jizat dan perjuangannya menegakkan agama Allah adalah merupakan suatu ibadah yang mulia, karena di dalam pertemuan seperti itu terdapat perbuatan syukur kepada Allah atas lahirnya Nabi pembawa kebenaran yang haq, pemberian sedekah dan memperbanyak bacaan shalawat dan salam kepada beliau Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam Sesungguhnya semua amal perbuatan ini tergantung pada niat.
Al-Hafizh Syamsuddin al-Jazri berkata: Abu Lahab setelah meninggal diimpikan dan ditanyakan kepadanya: “Bagaimana keadaanmu?” Ia menjawab: “Saya dineraka, hanya saja setiap malam Senin saya mendapatkan ketinganan siksaan dan dapat menghisap air di antara jari jemari sebanyak ujung jari, Hal keringanan ini karena saya pernah membebaskan Tsuwaibah, budakku, ketika ia memberitakan tentang kelahiran Nabi Muhammad, dan karena Tsuwaibah menyusuinya.” Jika Abu Lahab yang kafir yang dipastikan kekafirannya oleh Allah dalam al-Qur’an mendapat keringanan siksaan di neraka sebab rasa senangnya pada malam kelahiran Nabi Muhammad, maka bagaimana kiranya umat Nabi yang beragama Islam yang merasa gembira dengan kelahirannya dan mendermakan apa yang dimilikinya demi cinta kepada beliau Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam? Balasannya hanya dari Allah, berupa masuk surga sebab anugerah-Nya.”
Ada salah seorang ulama berkata: Jika Abu Lahab yang kafir yang jelas tercela dan terkutuk kedua tangannya dan kekal di neraka, setiap hari Senin senantiasa mendapat keringanan siksaan sebab ia senang saat Nabi Muhammad lahir, maka bagaimana kiranya hamba yang sepanjang usianya selalu gembira dengan kelahiran Nabi Muhammad dan mati dalam keadaan Islam.
Sumber : Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini