Soal : Apakah wali-wali Allah itu memiliki keramat pada saat-saat masih hidup dan sesudah wafat?
Jawab : Ya. Kita wajib mempercayai, bahwa karamah-karamah para wali adalah haq, ada dan nyata pada saat mereka masih hidup dan pada saat sesudah mereka wafat. Hanya orang yang gelap mata dan kotor hatinya saja yang mengingkarinya.
Soal : Apa dalil adanya karamah?
Jawab : Dalil adanya karamah itu ada dua:
Pertama, apa yang dikisahkan oleh Allah Swt. dalam al-Qur’an, seperti kisah Maryam. Dia berfirman:
كلما دخل عليها زكريا المحراب وجد عندها وزقا قال يا مريم انى لك هذا قالت هو من ان عند الله ان الله يرزق من يشاء بعير حساب
“Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab” (QS. 3, Ali Imran: 37)
Para ahli tafsir menjelaskan: Di dekat Maryam terdapat buah-buahan yang hanya ada di musim dingin pada musim panas, dan terdapat pula buah-buahan yang hanya ada di musim panas pada musim dingin. Keberadaan buah-buahan ini di luar cara yang biasa. Inilah karamah yang dianugerahkan oleh Allah kepada Maryam.
Allah Swt. juga berfirman:
وهزى اليك بجذ ع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. 19, Maryam: 25)
Termasuk dalil adanya karamah adalah kisah tentang Ash-habul Kahfi yang dikisahkan oleh Allah dalam al-Qur’an. Mereka itu tidur selama 309 tahun, tanpa makan dan tanpa minum. Mereka dalam pengawasan Allah langsung tanpa perantaraan. Matahari terbit dan mengorbit seperti biasa, namun Allah tetap melindungi mereka dari sengatan matahari. Kisah Khadhir, Dzil Qarnain dan Ashif bin Barkhiya, semuanya menjadi dalil adanya karamah.
Kedua, khabar yang mutawatir tentang karamah-karamah yang dimiliki para sahabat, tabi’in, dan orang-orang sesudahnya. Imam al-Bukhari dalam kitabnya kumpulan hadits-hadits shahih meriwayatkan:
ان سيدنا خبيبا كان يأكل الفاكهة فى غير اوانها وهو اسير بمكة موثق بالحديد ولم يكن بمكة يومئذ ثمرة وما هو الا وزق رزقه الله اياه فهي كرامة له
“Sesungguhnya Khubaib biasa makan buah yang tidak pada musimnya, padahal ia ditawan di Makkah dan diborgol lagi pula di Makkah waktu itu sulit didapatkan buah Hal itu tidak lain suatu rizki yang diberikan oleh Allah kepada Khubaib melalui cara yang sulit dipahami hukum sebab akibat Itulah karamah Khubaib.”
ان سيدنا عاصما لما قتل ارد المشركون ان يأخذوا قطعة من جسده فبعث الله عليه مثل الظلة من الدبر وهي جماعة النحل او زنا بير فحمته منهم فلم يقدروا منه علي شئ
“Sesungguhnya Ashim ketika terbunuh, maka orang orang musyrik ingin mengambil sepotong dari jasadnya, maka Allah menugaskan segerombolan tawon yang membayang-bayanginya, sehingga orangorang musyrik tidak dapat memotong bagian tubuh Ashim.”
Ini adalah karamah Ashim ra. sesudah ia wafat.
عن انس رضي الله عنه قال كان اسيد بن خضير وعباد بن بشر عند رسول الله صلى الله عليه وسلم فى ليلة ظلماء فتحدثا عنده حتى اذا خرجا اضاءت لهما عصا احدهما فمشيا فى ضوءها فلما تفرق بهما الطريق اضاءت لكل واحد منهما عصاه فمشى فى ضوءها
Dari Anas ra. Usaid bin Khadhir dan Ubbad bin Bisyr berada di sisi Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam pada suatu malam yang gelap. Mereka berdua mengadakan pembicaraan di hadapan Rasulullah sampai selesai. Kemudian keduanya pergi. Ketika mereka keluar, maka tongkat salah seorang dari mereka bersinar dan mereka berjalan dengan penerangan sinar tersebut. Kemudian ketika mereka saling belok dan berpisah, maka tongkat masing-masing mereka bersinar.
Umar bin akKhatthab ra. Sebagaimana dijelaskan oleh ulama ahli sirah memiliki karamah-karamah, antara lain disebutkan: Sesungguhnya Umar bin al-Khathab mengirimkan pasukan ke Nahawand yang dipimpin oleh Sariyah bin Zanim. Pasukan Islam ini dikepung oleh Lawan dari semua penjuru, lalu Allah Swt. menampakkan peristiwa ini kepada Umar yang sedang berkhotbah Jum’at di Madinah. Umar dengan jelas melihat Sariyah dan sahabat-sahabatnya terjepit, spontan berteriak: “Hai Sariyah, larilah ke bukit” Allah memperdengarkan suara Umar itu kepada Sariyah dan pasukannya. Mereka semua terus berlindung ke bukit lalu bertempur hingga memperoleh kemenangan dari Allah.
Karamah-karamah para wali itu amat banyak dan tidak terhitung jumlahnya, dan bervariasi. Ada yang tahan bakar, berjalan di udara, berjalan di atas air, dan lain sebagainya.
Sumber : Tanya Jawab Akidah Ahlussunnah wal Jamaah Karya Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith Al-Alawi Al-Husaini