Tawasul Bagian ke-3
Telah dipastikan, bahwa para nabi dan para wali itu hidup dalam kubur mereka, dan arwah mereka di sisi Allah Swt. Barangsiapa tawassul dengan mereka dan menghadap kepada mereka, maka mereka menghadap kepada Allah dalam rangka tercapainya permintaannya. Dengan demikian, maka yang dimintai adalah Allah. Dia-lah yang Berbuat dan yang Mencipta, bukan lain-Nya. Sesungguhnya kami golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak meyakini adanya kekuasaan, penciptaan, manfaat dan madharat kecuali milik Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Para nabi dan para wali tidak memiliki kekuasaan apapun. Mereka hanya diambil berkah dan dimintai bantuan karena kedudukan mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, karena merekalah Allah memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara mereka yang masih hidup atau mereka yang sudah meninggal dunia. Yang Kuasa berbuat, dalam dua kondisi tersebut hakekatnya adalah Allah, bukan mereka yang hidup atau yang mati.
Adapun orang-orang yang membedakan antara tawassul dengan orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang telah meninggal, sepertinya mereka itu berkeyakinan bahwa orang-orang yang masih hidup memiliki kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain sedangkan orang-orang yang telah meninggal tidak. Keyakinan seperti ini batil, sebab Allah-lah Pencipta segala sesuatu.
Soal : Apa dalil tawassul dengan orang-orang yang telah meninggal itu dibolehkan?
Jawab : Dalilnya adalah firman Allah Swt.:
ولو انهم إذ ظلموا انفسهم جاؤك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما
“Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa’64)
Ayat di atas adalah umum (am) mencakup pengertian ketika beliau masih hidup dan ketika sesudah wafat dan berpindahnya ke alam barzah.
Imam Ibnu al-Qayyim dalam kitab zadul Ma’ad menyebutkan:
عن أبى سعيد الخدري قال قال رسول الله صلى الله صلى الله عليه وسلم ما خرج رجل من بيته الى الصلاة فقال: اللهم إنى اسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاي هذا اليك فإني لم اخرج بطرا ولا آشرا ولا رياءا ولا سمعة وانما خرجت اتقاء سخطك وبطغاء مرضاتك واسألك ان تنقذنى من النار وان تغفر لى ذنوبى فإنه لا يغفر الذنوب إلا انت إلا وكل الله به سبعين الف ملك يستغفرون له واقبل الله عليه بوجهه حتى يقضى صلاته
Dari Abu Sa’id al Khudriy, ia berkata: Rasulullah Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam bersabda: Seseorang tidak keluar dari rumahnya hendak shalat dan membaca doa:
اللهم إنى اسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاي هذا اليك فإني لم اخرج بطرا ولا آشرا ولا رياءا ولا سمعة وانما خرجت اتقاء سخطك وبطغاء مرضاتك واسألك ان تنقذنى من النار وان تغفر لى ذنوبى فإنه لا يغفر الذنوب إلا انت
kecuali Allah menugaskan 70.000 malaikat agar memohonkan ampunan untuk orang tersebut, dan Allah menatap orang itu hingga selesai shalat.” (HR. Ibnu Majah)
Imam al-Baihaqi, Ibnu as-Sumi dan al-Hafizh Abu Nu’aim meriwayatkan:
إن من دعائه صلى الله عليه وسلم عند خروجه الى الصلاة
اللهم إنى اسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاي هذا اليك فإني لم اخرج بطرا ولا آشرا ولا رياءا ولا سمعة وانما خرجت اتقاء سخطك وبطغاء مرضاتك واسألك ان تنقذنى من النار وان تغفر لى ذنوبى فإنه لا يغفر الذنوب إلا انت
“Sesungguhnya termasuk doa Nabi Shalallahu Alaihi WaAlihi Wa Shahbihi Wasalam ketika keluar rumah hendak shalat adalah doa: