Jika dikaitkan dengan kita kaum muslimin sekalian, setelah kita berkumpul dan bersepakat terhadap dasar dua kalimat syahadat, maka kita mesti meyakini bahwa aqidah yang benar berada pada Ahlusunah Waljamaah yang merupakan golongan terbesar dalam umat ini. Kita juga meyakini bahwa setiap orang yang menyimpang dari mereka, dia salah dan sesat, sesuai dengan tingkat kesesatan masing-masing. Tingkat kesesatan mereka berbeda antara satu sama lain. Tanda dan ciri khas yang membedakan Ahlusunah Waljamaah ada tiga macam. Tanda ini adalah untuk masa-masa pasca Sahabat dan Tabiin. Tanda bahwa mereka mengikuti para Sahabat dan tabiin ada tiga macam, yaitu:
- Dalam masalah aqidah dia mengikuti pandangan Imam al-Asy’ari atau Imam al-Maturidi.
- Dalam masalah hukum syariat dia mengambil dari nash-nash pengikut Mazhab Empat.
- Dalam urusan membersihkan diri atau hati dia mengikuti para imam tasawuf.
Tiga hal ini merupakan ciri khas Ahlusunah Waljamaah. Imam al-Asy’ari dan al-Maturidi tidak membuat hal baru dalam aqidah. Beliau berdua hanya melestarikan aqidah para Sahabat dan Tabiin yang terjaga sampai ke masa mereka.
Sayidina Abui Hasan al-Asy’ari diberi taufik oleh Allah SWT untuk menjaga aqidah ini, setelah beliau sempat terpengaruh oleh aqidah Muktazilah. Namun, beliau akhirnya kembali ke jalan yang benar. Beliau termasuk keturunan dari Sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Abu Musa al-Asy’ari. Dalam masalah furuiyah-fikih, beliau mengikuti mazhab Syafii. Begitu pula Imam Abu Manshur al-Maturidi. Ketika menjadi pembela aqidah yang benar di daerah Transoxiana, mazhab beliau dalam fikih adalah Hanafi.
Salah satu tokoh ulama mazhab Maliki, Ibnu Asyur, berkata dalam nazam fikih Maliki yang beliau tulis, “Dalam hal aqidah aku adalah pengikut Asy’ari… dalam hal fikih pengikut Maliki… dan dalam Thariqah aku mengikuti Imam al-Junaid.”
Maka, kita tahu mengenai apa ciri khas Ahlusunah Waljamaah. Kita berpandangan, bahwa orang yang menyimpang dari ini, dia salah dalam penyimpangan tersebut. Namun, kita juga tahu, bahwa memaki seorang Muslim merupakan perbuatan fasik, maka memaki generasi terbaik kaum Muslimin, yaitu para Sahabat, merupakan salah satu perbuatan yang paling fasik.
Cukuplah sebagai dalil, bahwa Allah SWT memuji mereka di dalam al-Qur’an. Kalau ada orang memaki mereka maka dia melawan kebenaran.
Kita juga berpandangan, bahwa orang yang membuat-buat kepalsuan tentang al-Qur’an dan menyatakan bahwa al-Qur’an mengalami distorsi, penambahan atau pengurangan, maka dia sudah benar-benar menceburkan diri ke dalam kekafiran dan keluar dari agama Islam, naudzu billah. Al-Our’an itu terjaga dengan penjagaan dari Allah SWT.
Meskipun Ahlusunah Waljamaah meyakini bahwa yang benar hanyalah aqidah mereka, sedangkan aqidah yang lain adalah batil, namun saat berhubungan dengan golongan lain, mereka tetap memegang tala krama yaang diwariskan oleh para leluhur, dan mengikuti jalan yang telah dilalui oleh orang-orang saleh dari kalangan mereka.
Baiklah, waktu kita sudah habis. Kalau ada tambahan pembahasan yang diperlukan, akan kami sampai dalam sesi-sesi berikutnya, insya Allah. Semoga segala perhatian Anda sekalian terhadap tugas nyata yang diemba n oleh Majelis ini memberikan manfaat kepada umat. sebagaimana telah kita bahas sebelumnya.
Semoga Allah SWT memberikan manfaat kepada kita berkat pertemuan ini. Semoga Allah SWT mengumpulkan hati kita di atasnya. Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang yang sampai kepada-Nya dan mengantar orang lain untuk sampai kepada-Nya, dengan izin-Nya.
Semoga Allah SWT tidak rmenghalangi dari kita kebaikan yang ada pada-Nya lantaran keburukan yang ada pada diri kita. Semoga Allah meletakkan dalam diri kita rahasia yang dimiliki oleh para leluhur dari kalangan orang-orang saleh, yang dekat kepada Allah SWT, yang matntap keimanannya, yang memiliki derajat ilmul-yaqin, ainul-yaqin, dan haqqu\-yaqin. Semua itu atas anugerah, nikmat, dan kemurahan dari-Nya.
Semoga Allah SWT memperhatikan pesantren dan madrasah Bapak-Bapak sekalian, serta segenap penghuninya, dengan perhatian yang membuat Bapak-Bapak sekalian semakin terang, yang membuat Bapak-Bapak mendapatkan anugerah rahasia-rahasia. Semoga Allah SWT menganugerahkan pemberian yang agung kepada Bapak-Bapak sekalian, pemberian yang dapat menghidupkan sejarah, dan menerangi mata hati. Sesungguhnya Allah SWT adalah Yang Maha Mulia di antara yang mulia. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan alam semesta.
Sumber: Ceramah Habib Umar bin Hafidz dalam Kongres Ulama ke-7 di Lirboyo