Dari Nahrariyah aku menuju kota Abyar,’ sebuah kota yang berarsitektur ldasik dan memiliki banyak masjid, jaraknya tidak terlalu jauh dari Nahrariyah, antara keduanya dipisahkan oleh sungai Nil. Di kota ini diproduksi busana-busana indah yang dijual dengan harga tinggi di Syam, Irak, Mesir, dan lainnya, padahal bagi penduduk Abyar sendiri busana tersebut tidak dipandang baik.
Di kota ini, aku bertemu dengan qadhi yang bernama Izzuddin Al-Maliji Asy-Syafi’i. Dia adalah seorang yang kuat dan terhormat. Aku menemuinya pada hari Rakbah, yaitu hari dimana penduduk negeri itu mengamati hilal di bulan Ramadan. Para fuqaha kota itu terbiasa berkumpul di rumah qadhi setelah ashar pada tanggal 29 bulan Sya’ban. Seorang imam berdiri di depan pintu. Ia memiliki pangkat dan berpenampilan baik. Jika seorang fakih datang, maka sang imam menyembutnya, berdiri di depannya seraya berkata, “Dengan nama Allah, telah datang Tuan Fulanuddin!!”21 Mendengar pemberitahuan itu, maka sang qadhi dan beberapa rekan yang duduk bersamanya segera berdiri untuk memberikan penghormatan dan sang imam segera menunjukkan posisi duduk yang layak bagi sang faqih.
Jika semua pihak telah datang, maka sang qadhi_ diikuti oleh semua
orang yang bersamanya— mulai berjalan untuk mengamati hilal awal Ramadan. Apa yang mereka lakukan diikuti oleh segenap rakyat, mulai dari laki-laki, perempuan dan anak-anak kecil. Perjalanan ini berakhir di sebuah tempat yang cukup tinggi di luar kota. Tempat itu merupakan tempat pengamatan hilal dalam tradisi masyarakat setempat. Tempat itu dialasi dengan karpet. Qadhi beserta yang lain naik ke tempat itu dan mulai mengamati hilal. Selepas itu, mereka kembali ke kota setelah terlebih dahulu melaksanakan shalat maghrib. Dalam perjalanan pulang ke kota,
20 Abyar adalah sebuah negeri di sebuah pulau yang dihuni oleh Bani Nashr. Letaknya berada di antara Mesir dan Iskandariyah.
21 Yang dimaksud dengan Fulanuddin adalah orang-orang yang bernama Izzuddin, Fakhruddin, Ilmuddin, dan lain-lain.
mereka membawa beraneka bentuk lampu seperti lilin, obor, dan lain-lain. Para pemilik toko menghiasi toko-tokonya dengan menyalakan Sesampainya di kota, orang-orang pun kembali berkumpul di halaman rumah qadhi, lalu dari tempat itu mereka bubar. Kegiatan semacam ini dilakukan setiap tahun.
Kemudian aku menuju kota Mahallah Kabirah, sebuah kota yang indah, penuh dengan peninggalan kuno yang unik, berpenduduk padat, segala kebaikan ada di dalamnya, dan namanya sangat jelas. Di kota ini, tinggal seorang qadhi dan wali agung. Saat aku mengunjunginya, aku mendapati dirinya sedang sakit di kebun miliknya. Kebun itu berjarak duafarsakh dari kota. Qadhi dan wali tersebut bernama Izzuddin bin Al-Asymarain. Aku mengunjunginya ditemani oleh wakil qadhi yang bernama Abu Al-Qasim bin Banun Al-Maliki At-Tunisi dan Syarafuddin Ad-Damiri, qadhi di distrik Manuf.22 Aku singgah di rumahnya selama satu hari. Aku mendengar darinya, bahwa dalam saw hari perjalanan dari Mahallah Kabirah terdapat sebuah negeri bernama Barallus” dan Nastaro.” Nastaro adalah sebuah kota yang dihuni oleh hamba-hamba Allah yang saleh. Di kota ini Pula dimakamkan Syaikh Marzuq sang ahli mukagafah.
Aku menuju negeri itu. Aku singgah di eny!..yah Syaikh Marzuq. Negeri itu sangat kaya dengan berbagai buah, korma dan dihuni oleh burung-burung laut. Di sepanjang perairannya, dijumpai jenis ikan yang biasa disebut sebagai bawari. Ibukota negeri ini adalah Malthin.25 Terletak di sebuah pesisir yang merupakan muara sungai Nil. Pesisir itu terkenal dengan nama Tinnis. Nastaro sendiri berada di dekat Tinnis. Di sana aku singgah di cillit:yah Syaikh Syamsuddin Al-Qalawi. Tinnis adalah sebuah kota besar yang terkenal. Dewasa ini, kota Tinnis sudah musnah.
Ibnu Al-Juzai berkata bahwa kepadanya dinisbatkan seorang penyair besar bernama Abu Al-Fath bin Waki’. Ia mengatakan tentang teluk Tinnis:
Berdirilah, dan siramilah aku
Sementara air di teluk telah bergelak
22 Sebuah daerah di Mesir, sekarang disebut Manufiyah.
23 Daerah kecil yang berada di tepian sungai Nil, dekat laut dari sisi Iskandariyah.
24 Sebuah pulau kecil yang berada di antara kota Dirnyath dan Iskandariyah.
25 Sekarang biasa disebut Balthin.
Sementara angin memainkan rambut
Sepertinya ia dan angin itu dirindukan
Oleh sang perindu yang mendapatkan sutra non indah
Sementara itu, cuaca di tanah yang suci
ditingkahi oleh petir dengan warna emasnya
Abdullah Ar-Razi menceritakan kisah ayahnya, sang qadhi di Barallus, ia seorang lelaki saleh. Pada suatu hari, qadhi keluar di malam hari menuju sungai Nil. Selesai berwudhu, ia melaksanakan shalat, dan ketika itu ia mendengar suara:
Jika bukan karena lelaki yang berpuasa
Jika bukan karena pemilik wind yang terjaga malam hari Niscaya bumimu diguncang dari bawah di waktu sahur Karena kamu adalah kaum buruk yang tidak peduli
Ia mengatakan, “Kini aku telah merampungkan shalatku. Aku putar posisi badanku, menengok ke belakang. Tapi, tak kujumpai seorang pun di sana, dan tidak kudengar lagi suara itu. Akhirnya, aku tabu bahwa itu adalah suara hatiku yang berasal dari Allah Ta’a la.”
———
22 Sebuah daerah di Mesir, sekarang disebut Manufiyah.
23 Daerah kecil yang berada di tepian sungai Nil, dekat laut dari sisi Iskandariyah.
24 Sebuah pulau kecil yang berada di antara kota Dirnyath dan Iskandariyah.
25 Sekarang biasa disebut Balthin.
Sumber : RIHLAH IBNU BATHUTHAH Penulis: Muhammad bin Abdullah bin Bathuthah