Beberapa hari sejak “menghilangnya” Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan Abu Bakar r.a. masyarakat di Makkah ramai membicarakan kejadian itu dan usaha beberapa orang musyrikin Quraisy yang bergerak mengejar …. Pada umumnya kaum musyrikin takut dan khawatir kalau-kalau Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan Abu Bakar kembali ke Makkah membawa kekuatan besar yang akan menundukkan mereka….
Dengan selamat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan sahabatnya keluar meninggalkan gua … di tengah perjalanan terbetik berita dari kota Madinah, bahwa para pengikut beliau di kota tersebut setiap pagi dini hari keluar ke pinggir kota menantikan kedatangan beliau. Mereka sudah mendengar dari sejumlah orang yang datang dari Makkah, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersama Abu Bakar r.a. “menghilang” dan sedang dicari-cari oleh kaum musyrikin Quraisy. Walaupun orang-orang Madinah itu tidak diberi tahu rencana hijrah Nabi ke kota mereka, tetapi mereka yakin beliau pasti sedang dalam perjalanan menuju Madinah lewat daerah yang tidak biasa dilalui oleh kafilah. Setiap pagi mereka menantikan kedatangan beliau di pinggiran kota, dan tidak pulang ke rumah masing-masing sebelum petang.
Setelah beberapa hari menunggu pada suatu pagi mereka mendengar seorang Yahudi berteriak, “Hai Bani Qailah (yakni orang-orang dari kabilah Aus dan Khazraj), lihatlah itu… kakek kalian sudah datang!” Yang dimaksud “kakek” oleh pemuda Yahudi itu ialah orangtua yang sudah beberapa hari ditunggu-tunggu kedatangannya, yakni Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan Abu Bakar r.a. Teriakan itu beroleh sambutan cepat. Banyak orang Madinah yang segera keluar ingin melihat Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Mereka melihat dua orang berusia sama tuanya sedang berteduh di bawah sebatang pohon rindang. Dari kejauhan mereka tidak dapat mengenal dengan baik siapa-siapa sebenarnya dua orang yang sedang berteduh itu. Untuk dapat mengenalnya dengan pasti mereka menyuruh beberapa orang supaya pergi menuju pohon. Setelah dekat barulah mereka mengenal baik bahwa dua orang itu adalah Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan sahabatnya. Mereka lalu mengiring Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam masuk ke dalam kota. Dari setiap permukiman kabilah yang dilaluinya banyak orang berhamburan keluar dari rumah masing-masing untuk menyambut dan mengelu-elukan kedatangan beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Banyak wanita Madinah naik ke atas sotoh (atap rumah bagian atas) bersorak-sorai gembira menyambut Nabi seraya mendengarkan syair dan kasidah-kasidah memuji beliau. Hari kedatangan beliau di Madinah itu mendadak berubah menjadi hari raya penuh dengan sorak-sorak gembira.
Berita kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan Abu Bakar r.a. cepat meluas ke mana-mana. Kaum musyrikin Quraisy cemas mendengar berita itu, sedangkan ‘A’isyah r.a., Asma, Abdullah, dan kaum Muslimin yang menyembunyikan keimanannya merasa lega. Tidak ada lagi yang dikhawatirkan karena orang-orang Madinah pasti melindungi dan menjamin keselamatan Nabi dan sahabatnya. Kaum musyrikin di Makkah sungguh kecut dan menyesal tidak dapat mencegah lolosnya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang hanya disertai seorang sahabat, dan seorang pemandu yang bukan Muslim!
Hari kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam di Madinah itulah permulaan sejarah baru bagi bangsa Arab, bagi umat manusia, dan khusus bagi kaum beriman hari itu merupakan hari permulaan zaman baru yang mengangkat martabat mereka sepanjang zaman, hari peletakan batu pertama peradaban Islam.
Sumber : Baitun Nubuwwah Karya H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini