Para Pengawal Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Para pengawal beliau di antaranya: Sa‘ad bin Mu’adz (di Perang Badr), Abu Bakar ash-Shiddiq (di al-Arisy), Dzakwan bin Abdi Qais, Muhammad bin Maslamah (di Perang Uhud), Zubair bin al-Awwam (saat Perang Khandaq), ‘Ubbad bin Bisyr, Sa‘ad bin Abi Waqqash, Abu Ayyub (di Perang Khaibar), Bilal (di lembah al-Qura). Setelah turun firman Allah, Dan Allah melindungimu dari (kejahatan) manusia (QS 6:67) beliau tidak lagi memerlukan pengawal.
Para Utusan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Kepada Para Penguasa dan Raja-raja
- ‘Amr bin Umayyah adh-Dhamiri, dialah utusan pertama yang diutus kepada Raja Najasyi (Habasyah. Ethiopia) yang nama aslinya adalah Ashhamah, yang berarti pemberian. Pada waktu ia menyampaikan surat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepada Najasyi, raja itu turun dari singgasana dan duduk di lantai, kemudian memeluk agama Islam. Ia wafat pada saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam masih hidup, yaitu pada tahun ke-9 H. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menshalatinya (shalat gaib).
- Dihyah biri Khalifah al-Kalbi, dia diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepada Kaisar Romawi, Heraclius. Dia mempercayai kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dan berniat hendak memeluk Islam tetapi tidak disetujui golongan bangsawan di kerajaannya. Dia takut kehilangan kerajaan dan kekuasaannya sehingga tidak jadi memeluk agama Islam.
- ‘Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepada Kisra, Maharaja Persia. Dia merobek surat dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Ketika mendengar berita itu, Rasulullah berucap, “Allah akan mengoyak-ngoyak keraja annya hingga hancur.”
- Hathib bin Abi Balta‘ah diutus kepada al-Muqauqis (Penguasa Mesir). Ia merasa tertarik pada agama Islam. Dia menghadiahkan Mariyah al-Qibthiyyah dan Sirin serta seekor bagal betina berwarna putih berbelang-belang hitam, untuk Rasulullah saw. Selain itu, dikirimkan pula kepada beliau uang sebesar 1000 dinar dan 20 helai pakaian.
- Para ahli sejarah kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam menyebutkan bahwa beliau pernah mengutus enam orang utusan dalam waktu satu hari pada tahun ke-7 Hijriyyah. Setelah melaksanakan tugas, masing-masing melaporkan kepada beliau mengenai apa yang dikatakan oleh pihak yang mereka datangi.
- ‘Amr bin al-‘Ash diutus kepada Jaifir dan ‘Abd, dua orang putra al-Jalandi, Raja Oman. Dua orang putra raja itu menyatakan keislamannya melalui Amr dan menyerahkan harta sedekah bagi kaum Muslim. Kewenangan menggunakan sedekah itu sepenuhnya diserahkan kepada mereka. Hingga Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam wafat, harta sedekah itu masih ada.
- Salith bin Amr al-‘Amiri diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepada Haudzah bin Ali, penguasa Yamamah. Ia menghormati kedatangan utusan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Sebagai jawaban atas ajakan untuk memeluk agama Islam, ia mengatakan, “Alangkah baik dan indah agama yang Anda tawarkan. Aku adalah seorang ahli pidato dan penyair di kalangan bangsaku. Sampaikan kepadaku beberapa masalah (untuk kuteruskan kepada masyarakatku.)” Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam tidak bersedia mengikuti kemauannya. Haudzah tidak memeluk agama Islam.
- Syuja bin Wahb al-Asadi diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam kepada al-Harits bin Abi Syamr al-Ghassani, Raja Balqa di negeri Syam. Ia mencampakkan surat yang diterimanya dari al-Asadi seraya berkata, “Aku akan datang sendiri kepadanya!” Akan tetapi Kaisar melarangnya. (Sebagaimana diketahui pada masa itu negeri Syam termasuk dalam wilayah kekuasaan Romawi).
- Al-Muhajir bin Abi Ummayah al-Makhzuml diutus kepada al-Harits al-Hamiri di Yaman.
- Al-Ala’ bin al-Hadhrami diutus kepada al-Mundzir, raja Bahrain, putra as-Sawi. Al-Mundzir bersedia memeluk Islam.
- Abu Musa al-Asy‘ari diutus ke negeri Yaman. Ia disertai oleh Mu’adz bin Jabal. RakyatYaman dan kaum bangsawan di sana memeluk agama Islam tanpa kekerasan.