ANJURAN UNTUK BERBUAT BID’AH HASANAH DAN LARANGAN BERBUAT BID’AH SAYYIAH
Di dalam surah kahfi ayat 110:
فمن كان يرجوا لقاء ربه . فليعمل عملا صلحا ولا يشرك بعبادة ربه ، أحدا
Artinya:
“Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan jangan mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya. ”
Pengertian amal soleh umum segala perbuatan yang pantas menurut ukuran syariah Islam, walaupun tidak ada pada zaman Rasulullah kerana hal itu termasuk bid’ah hasanah yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Amal soleh/amal yang baik tidak perlu ditanya ada atau tidak ada pada zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Seperti kulliyah tarawih pada bulan Ramadhan. Yang merupakan kebiasaan yang baik.
Dalam kitab Sahih Muslim Syarah Al-Imam Nawawi juz VII, hal 91:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من سن في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجرمن عمل بها بعده، من غير أن ينقص من أجورهم شيء ، ومن سن فى الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء.
Artinya:
Bersabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, Barangsiapa yang membuat dalam Islam cara kebiasaan yang baik, maka ia dapat pahala dan pahala orang yang mengerjakan sesudahnya dengan tidak mengurangi dari pahala mereka sedikit pun, dan barang siapa yang membuat cara kebiasaan yang jelek maka atas mereka dosa dan dosa orang yang mengerjakan sesudahnya dengan tidak mengurangi dari dosa mereka sedikit pun.
Di dalam hadis tersebut diatas ada sunnah yang baik dan ada sunah yang jelek, kerana pengertian sunnah dalam hadis tersebut adalah cara kebiasaan tradisi yang baik yang ada atau tidak pernah ada pada zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, maka sunnah hasanah dalam hal ini sama dengan bi’dah hasanah.
Dan sebaliknya barang siapa yang membuat sunnah yang jelek (بدعةسيئة/سنة سيئة)yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam dapat dosa dan dosa orang-orang yang mengerjakan.
Dengan keterangan di atas jelas bahawa bid’ah yang dimaksud dalam hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam adalah bid’ah yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Contoh Bid’ah Hasana
1. Solat Tarawih berjamaah 20 rakaat dengan imam Sahabat Ubai bin Ka’ab yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, yang diperintahkan oleh Sahabat Umar bin Khattab.
2. Adzan Jum’at dua kali yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang diadakan pada zaman Khalifah Usman bin Affan.
3. Al-Qur’an yang ada pada kita sekarang ini adalah bid’ah, kerana zaman Rasulullah Al-Qur’an masih tertulis dipelapah daun kurma ditulang-tulang unta dan di dada para sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Setelah banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an meninggal dunia dalam perang yaumul yamamah maka Sayidina Umar bin Khattab mendesak Sayidina Abu Bakar untuk menyusun Al-Qur’an sesuai dengan petunjuk malaikat Jibril setiap tadarrus bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
Awalnya Sayidina Abu Bakar menolak desakan Sayidina Umar, beliau berkata: Bagaimana saya berbuat sesuatu yang Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam tidak membuatnya? Sayidina Umar terus mendesak dan berkata: “Demi Allah mengumpulkan Al-Qur’an adalah suatu yang baik. Akhirnya Sayidina Abu Bakar menerima dan menyuruh Sahabat Zaid Bin Tsabit untuk mengumpulkan Al- Qur’an.
Ketika Zaman Sayidina Usman banyak terjadi perbezaan dalam membaca Al-Qur’an, maka Sayidina Ustman mulai memberi tanda dengan memberikan titik dalam huruf Al-Qur’an supaya tidak terjadi perbezaan, maka Al-Qur’an yang ada pada kita sekarang adalah Al-Qur’an yang sudah disempurnakan cara membacanya dan ini merupakan Bid’ah yang sangat besar manfaatnya.
4. Sekarang bid’ah hasanah sudah tidak bisa dihitung seperti Kulliyah Tarawih, Kulliyah Subuh, Majlis Dzikir, Peringatan Hari Besar Islam.
Peringatan hari-hari besar Islam seperti maulid Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Silaturrahim (Halal Bihalal) dan peringatan tahun baru hijriyah yang merupakan kegiatan kemasyarakatan yang sangat besar manfaatnya sebagai media da’wah.
a) Peringatan Maulid memperingatkan umat-umat Islam akan sejarah dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam
وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين (55)
Artinya:
Dan berilah peringatan, kerana Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman
لقدكان في قصصهم عبرة لأولى الألباب
Artinya:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
فاقصص القصص لعلهم يتفكرون (176)
Artinya:
Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
وكل نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به ، فؤادك
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
إن الله وملئكته ، يصلون على النبي ، يأيها الذين ءامنوا صلوا عليه وسلموا تسليما(56)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawat kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
ومن يعظم شعائر الله فانها من تقوى القلوب(32)
Artinya:
Demikianlah (perintah Allah) dan Barangsiapa memgagungkan syi’ar-syi’ar Allah, Maka Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati.
b) Membangkitkan semangat umat Islam, di tengah era globalisasi dan era informasi yang banyak membawa umat lupa akan agamanya.
c) Sebagainya Media Da’wah yang sangat tepat untuk memberikan taushiyah sesuai dengan sejarah yang terjadi.
قال العلماء البدعة خمسة أقسام : واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
Berkata para Ulama Bid’ah ada lima bagian:
Wajib, Sunnah, Haram, Makruh dan Mubah.
1. Bid’ah wajib:
Bagi ulama tauhid (المتكلمون)wajib menyusun dalil-dalil baik dari Al-Qur’an dan Assunnah mahupun dari akal untuk menolak (melawan) orang kafir.
2. Bid’ah yang sunnah:
Menyusun kitab yang berkenaan dengan ilmu, membangun madrasah dan lain-lain yang baik.
3. Bid’ah mubah:
Sederhana dalam macam-macam makanan dan pakaian.
4. Bid’ah haram/makruh:
Yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Assunnah.
Contoh Bid’ah Sawi’ah:
Untuk menjaga keselamatan agar laut tidak marah, maka diadakan: ruwat laut dengan tari tarian laki-laki perempuan dan melemparkan kepala sapi ketengah laut, jelas mengandung syirik.
Habib Ahmad yg dimuliakan Allah SWT,artikelnya ana copas boleh ngga?
Alhamdulillah dapet ilmu yg bermanfaat..syukron ilmunya bib..jazakumullah khair