Ummu Ruman:
“Anakku, tak usah engkau risaukan urusan itu. Demi Allah, tidak sedikit istri cantik yang disayang suaminya, dan mempunyai beberapa orang madu, ia tentu banyak dibicarakan mereka.”
(Dari Haditsul-IJk dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim)
Menantu Mulia
“Orang yang paling jujur kepadaku dalam soal harta dan persahabatannya ialah Abu Bakar. Seumpama aku mau mengangkat seorang khalil (pendamping setia) tentu Abu Bakar kuangkat sebagai pendampingku. Akan tetapi persaudaraan adalah Islam.”
(Hadis Nabi diriwayatkan oleh Muslim di Sahih-nya)
Ketika Khaulah binti Hakim As-Silmiyyah menyebut nama ‘A’isyah binti Abu Bakar r.a. sebagai remaja putri yang diusulkan menjadi istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, hati beliau cepat terbuka mengingat hubungan persahabatan yang demikian dekat dan erat antara beliau dan orang yang amat dicintainya sebagai sahabat terdekat, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Betapa kokoh persahabatan itu bila diperkuat lagi dengan ikatan kekeluargaan. Khaulah menceritakan pengalamannya sendiri ketika melaksanakan permintaan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam supaya melamar ‘A’isyah r.a. Mengenai itu Ath-Thabariy di dalam Tdrikh-nya., Jilid III, halaman 176 meriwayatkan sebagai berikut.
“Ketika saya tiba di rumah Abu Bakar, kukatakan kepada Ummu Ruman (Ibu ‘A’isyah), “Sungguh besar kebajikan dan keberkahan yang dilimpahkan Allah kepada kalian!” Ia menyahut, “Apa yang Anda maksudkan?” Kujelaskan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mengutusku datang kemari untuk melamar ‘A’isyah. Ia cepat menjawab, “Baik sekali, tetapi tunggulah Abu Bakar, sebentar lagi ia datang
Tidak berapa lama kemudian datanglah Abu Bakar r.a. Dalam percakapan saya dengannya antara lain saya katakan, bahwa saya datang diutus Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam melamar ‘A’isyah. Dalam jawabannya ia menjelaskan kedudukan dan persahabatannya dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang demikian erat hingga tak ubahnya seperti saudara. Ia lalu bertanya, “Apakah anak perempuan saya itu baik menjadi istri beliau, karena ia anak perempuan saudara beliau sendiri?!” Aku tidak dapat menjawab, karenanya lalu aku segera kembali menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Kusampaikan kepada beliau apa yang dikatakan oleh Abu Bakar. Aku diminta datang lagi bertemu dengan Abu Bakar untuk menyampaikan jawaban beliau, bahwa Abu Bakar adalah saudara beliau dalam Islam dan beliau adalah saudaranya dalam Islam juga. Putrinya tepat dan baik menjadi istri beliau. Ketika pesan beliau itu kusampaikan kepada Abu Bakar r.a. ia berkata, “Tunggulah sampai saya datang …!” Ia lalu pergi keluar ….
“Ummu Ruman menjelaskan kepada Khaulah duduk persoalannya, yaitu bahwa ‘A’isyah beberapa waktu yang lalu pernah disebut-sebut oleh Muth’im bin Adiy hendak dinikahkan dengan anak lelakinya yang bernama Jubair, dan ketika itu Abu Bakar pernah menyatakan tidak keberatan. Ia seorang yang pantang mencederai janji. Sekarang ia pergi ke rumah Muth’im untuk membicarakan masalah itu.
Sumber : Baitun Nubuwwah Karya H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini