Tidak ada Nabi dan Rasul sebelum Nabi Besar Muhammad shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam yang beroleh kemuliaan setinggi Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam. Benar Nabi ‘Isa Alaihissalam dinaikkan Allah SWT ke langit, tetapi itu dalam rangka akhir hayatnya di muka bumi dan tidak kembali lagi untuk melanjutkan tugas kenabian dan kerasulannya.
Amat banyak keistimewaan sifat pribadi Muhammad shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam sebagai manusia pilihan Allah, al-Mushthafa. Akhlaknya demikian tinggi dan sempurna tiada tara, sebagaimana dinyatakan Allah SWT dalam fir-man-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sungguhlah, bahwa engkau (hai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung. (QSAl-Qalam: 4)
Tidak ada kontradiksi antara keluhuran martabat dan kemuliaan sifat beliau yang serba istimewa dengan keagungan akhlak beliau dalam kehidupannya di tengah umat manusia. Ishmah (pemeliharaan) dan ‘inayah (pertolongan) Allah SWT yang dilimpahkan kepada beliau merupakan jaminan paling kokoh untuk menghindarkan beliau dari segala jenis kekurangan dan kelemahan, apalagi kekeliruan dan kesalahan. Bebagai keistimewaan sifat yang dilimpahkan Allah SWT itulah yang membuat beliau menjadi manusia yang kedudukan dan martabatnya berada di atas seluruh umat manusia, mulai Adam Alaihissalam hingga saat datangnya hari terakhir.
Mungkin di antara kita ada yang pernah membaca atau mendengar sebuah kisah yang menunjukkan ke-azali-an kehendak Allah SWT dalam penciptaan Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam sebagai Nabi dan Rasul, bahkan sebagai penghulu semua Nabi dan Rasul. Kisah tersebut menerangkan, ketika Adam hendak diturunkan ke bumi bersama istrinya, Hawa, beliau mohon kepada Allah SWT supaya diizinkan beroleh syafaat dari Muhammad Rasulullah shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam Saat itu Allah SWT bertanya, “Dari mana Adam mengetahui atau mengenal Muhammad yang belum diciptakan oleh-Nya sebagai manusia?” Atas pertanyaan Al-Khaliq itu Adam Alaihissalam menjawab, “Kulihat namanya termaktub di atas ‘Arsy!”
Kisah tersebut terkenal di kalangan kaum Muslimin, dan lebih menambah keyakinan kita bahwa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam adalah penghulu para Nabi dan Rasul. Kisah tersebut sekaitan dengan kisah Isra, yaitu ketika beliau mengimami para Nabi dan Rasul dalam shalat berjamaah di dalam Al-Masjidul-Aqsha. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmidziy, Rasulullah shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam bersabda:
كنت نبيا وآدم بين الروح والجسد
“Aku sudah menjadi Nabi sedangkan Adam ketika itu masih berada dalam proses kejadian antara roh dan jasad.”
Hadis tersebut sejalan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir, bahwa beliau shalallahu alaihi wa aalihi wa sallam pernah pula bersabda, bahwa Allah sudah menciptakan beliau sebelum menciptakan langit dan bumi.
Mengenai hadis-hadis tersebut As-Subkiy di dalam bukunya, ‘Idza-mul-Minnah menyatakan, “Kita wajib mempercayai kebenaran hal itu, walaupun kita tidak mengetahui persis apa yang dimaksud.”
Sumber : Baitun Nubuwwah Karya H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini