Tekun Beribadah dan Bertakwa
Persaingan tajam antara dua orang istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam itu, ‘A’isyah r.a. dan Zainab r.a., tidak mengurangi kejujuran Zainab dalam pembelaannya untuk menyalamatkan ‘A’isyah r.a. dari fitnah kabar bohong yang hendak mencemarkan kesucian dan kehormatannya.
Sikap Zainab yang terpuji itu diakui oleh ‘A’isyah r.a. sendiri dalam pernyataannya yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq sebagai berikut, “Berita bohong (haditsul-ifk) itu dihembus-hembuskan oleh ‘Abdullah bin Ubaiy bin Salul di kalangan orang-orang Khazraj dan orang-orang lainnya lagi sebagaimana dikatakan oleh Misthah dan Hamnah binti Jahsy. Hamnah adalah adik perempuan Zainab istri Nabi. Pada masa itu tidak ada istri beliau lainnya yang menyaingi kedudukanku dalam hati beliau kecuali dia. Namun … ia seorang wanita yang kelurusan iman dan kemantapan agamanya beroleh lindungan Allah SWT. Karena itu ia tidak berkata selain yang baik. Lain halnya dengan Hamnah binti Jahsy, ia turut menyebarkan berita bohong itu dengan maksud menjatuhkan kedudukanku dalam pandangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam demi kepentingan kakak perempuannya, sehingga aku menjadi korban.””
Benar apa yang dikatakan ‘A’isyah r.a., Zainab binti Jahsy memang wanita saleh dan bertakwa, jujur dan meyakini kebenaran agamanya. Sifat-sifat Zainab yang mulia itu disaksikan oleh ‘A’isyah r.a. sendiri, “Aku tidak pernah melihat seorang perempuan yang keyakinan agamanya lebih baik daripada Zainab. Demikian juga ketakwaannya kepada Allah, kesungguhan kata-katanya, keeratan hubungan persaudaraannya, dan banyaknya sedekah yang diinfakkannya. Ia bekerja keras untuk dapat bersedekah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”[1]
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam memberitahu ‘Umar bin Al-Khaththab r.a., bahwa Zainab binti Jahsy adalah seorang wanita yang sangat tekun dan khusyu’ beribadah.
Kecuali itu Zainab binti Jahsy juga seorang penyantun dan baik hati. Ia melakukan pekerjaan apa saja dengan tangan sendiri agar dapat bersedekah kepada kaum fakir miskin
Setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam mangkat, persaingan antara Zainab binti Jahsy r.a. dan para Ummul-Mu’minin lainnya berakhirlah sudah. Kalau ada di antara mereka yang menyebut Zainab, tidak lebih hanya mengatakan bahwa Zainab binti Jahsy seorang istri yang disayangi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam , seorang Ummul-Mu’minin yang penyayang dan tekun beribadah.
Ummu Salamah r.a. pernah menceritakan persaingan antara ‘A’isyah r.a. dan Zainab r.a., selanjutnya ia berkata, “Zainab dikagumi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam Beliau banyak menaruh perhatian kepada dirinya …. Ia seorang wanita yang saleh, banyak menunaikan shalat siang-malam, banyak berpuasa, rajin berkarya, dan menginfakkan hasilnya kepada kaum fakir miskin.”
Ketika ‘A’isyah r.a. mendengar berita tentang wafatnya Zainab r.a., dengan sedih ia berucap, Wanita terpuji dan tekun beribadah telah pergi…. Dialah tempat bernaung bagi anak-anak yatim dan kaum janda.” Lebih jauh ‘A’isyah r.a. berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam pernah berkata kepada kami, ‘Di antara kalian yang paling cepat menyusulku ialah yang paling banyak mengulurkan tangan …. (yakni, yang paling gemar memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan)…. Zainab seorang wanita yang rajin berkarya, ia menyamak kulit dan menjahit; hasilnya diinfakkan dijalan Allah.'”[2]
[1]Shahih Muslim, Hadis nomor 2442; Al-Isti’ab dan As-Samthuts-Tsdmin: 110; dan Al-Ishabah.
[2] Al-Waqidiy di dalam As-Samlhuts-Tsamin: 110; Al-Isti’ab: IV/1851, dan Al-Ishabah: VIII/93.
Sumber : Baitun Nubuwwah Karya H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini